Suva (ANTARA News) - Pemimpin redaksi Fiji Times yang terkenal kritis mengundurkan diri setelah junta militer di negara Pacific itu menekan raja media News Corp menjual koran itu, demikian pengusaha penerbit Fiji Times seperti dikutip AFP.

Langkah pemerintah yang ditempuh karena memprihatinkan independensi koran itu, sang penerbit Fiji Times, Dallas Swinstead, mengungkapkan bahwa Pemred Netani Rika keluar karena pandangan-pandangannya yang antipemerintah.

Rika menggambarkan perpisahnya dengan koran itu sebagai "bentuk pengorbanan" demi perbaikan kondisi keuangan perusahaan, kata Swinstead seperti dikutip laman Fiji Times.

"Dia mengakui bahwa ketika dia dipandang anti pemerintah oleh sejumlah pihak di masyarakat, dia selalu berupaya menjadi editor yang menempatkan masa depan Fiji di atas segalanya," kata Swinstead.

News Limited, lengan bisnis News Corp miik Rupert Murdoch yang berbasis di Australia, bulan lalu menjual Fiji Times kepada konglomerasi Motibhai yang berbasis di Nadi dengan harga yang tak diungkapkan ke publik setelah penguasa militer mewajibkan semua media harus 90 persen dimiliki orang lokal Fiji.

UU tentang media pemberitaaan yang dikecam para aktivis HAM itu juga mengenakan denda mencekik dan ancaman hukuman penjara kepada jurnalis, editor dan kantor redaksi yang membuat reportase yang dianggap menentang kepentingan nasional.

Dibawah ketentuan pembatasan berita, Fiji Times menjadi kritikus tervokal terhadap pemerintahan Perdana Menteri Voreqe Bainimarama yang merebut kekuasaan lewat kudeta tahun 2006.

Ketika koran itu dijual, eksekutif Motibhai bernama  Mahendra Patel mengatakan bahwa surat kabar itu akan beroperasi sebagai unit independen dalam kelompok usahanya yang bergerak di bidang usaha real estate, produksi dan pemaketan makanan.

Swinstead, seorang Australia yang berkarir lama di persuratkabaran negerinya dan Fiji, mengatakan setelah didekati pemerintah maka dia mengambil pendekatan pragmatis dalam hubungannya dengan pemerintah.

Dia berkata kepada laman surat kabar itu bahwa Rika sadar kini adalah saatnya untuk meninggalkan koran tersebut.

"Dari pengalamanku sendiri, saya tahu bahwa seseorang ditakdirkan untuk mendapat teman dan lawan dalam waktu bersamaan, tapi itulah kehidupan seorang wartawan. Dan wartawan terbaik adalah tahu kapan harus terus," katanya.

Dalam satu konferensi media Pasifik di Samoa tahun lalu Rika mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dirinya dan kawan-kawannya di Fiji Times saat meliput berita dibawah sensor ketat pemerintahan militer di negeri itu.

"Kami diancam, diganggu dan ditakut-takuti.  Kendaraan kami ditabrak, rumah kami dilempari bom," katanya.

"Meski begitu, para pegawai kami tetap setia pada cita-cita media yang bebas." (*)

AFP/Yudha/Jafar

Penerjemah:
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2010