Kupang (ANTARA News) - Pakar antropologi sosial dan budaya Universitas Katolitik Widya Mandira Kupang, Nusa Tenggara Timur Pater Gregorius Neonbasu, menilai pertikaian antaretnis beberapa tahun terakhir ini dipicu oleh faktor politik.

"Ketika kepentingan politik kelompok tidak terpenuhi maka satu-satunya jalan untuk membuat orang sibuk adalah menciptakan situasi dimana memungkinkan sesama saudara saling berkelahi," kata Pater Gregorius kepada ANTARA di Kupang, Kamis.

Menurut Gregorius, kelompok yang gagal dalam memperjuangkan kepentingan mereka selalu memperalat masyarakat kecil untuk menciptakan kekacauan di mana-mana.

"Saya percaya bahwa masyarakat Indonesia pada tingkat paling bawah, umumnya menginginkan hidup harmonis. Ini hanya kepentingan politisi yang memperalat masyarakat kecil kemudian menjerumuskan mereka dalam kepentingan politik kelompok mereka," katanya.

Padahal masyarakat menginginkan hidup haromonis.

"Coba anda pergi ke lokasi-lokasi atau daerah yang sedang bertikai dan tanya kepada masyarakat. Sudah pasti masyarakat akan menjawab bahwa mereka ingin hidup damai dan rukun," katanya.

Dia mengatakan, masyarakat umumnya tidak kesulitan hidup berdampingan  dengan sesama yang berbeda agama maupun suku karena ada ikatan kekeluargaan, ikatan kelompok dan memiliki kepentingan yang sama dalam kehidupan sehar-hari. (*)

B017/A011/AR09

Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2010