Medan (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Keadilan Sejahtera Anis Matta berpendapat, dunia politik Indonesia dewasa ini tengah dilanda sebuah fenomena aneh yang disebutnya "wabah" narsisme.

"Di dunia politik kita kini terlalu banyak narsis-nya, yang kemudian memunculkan politik pencitraan," katanya dalam pidato politik pada pembukaan Musyawarah Wilayah (Muswil) II Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sumatera Utara di Medan, Jumat (8/10) malam.

Pada kesempatan yang antara lain juga dihadiri Gubernur Sumut H Syamsul Arifin, Wakil Gubenur H Gatot Pujo Nugroho, Ketua Fraksi PKS DPR RI Mustafa Kamal, Ketua MUI Sumut Prof. Dr. Abdullah Syah, MA serta sejumlah pimpinan partai politik dan tokoh masyarakat di Sumut itu ia menyebutkan, sikap politik yang narsis justru tidak produktif bagi bangsa dan negara.

"Politik semacam ini cenderung suka memperlihatkan kita ini selalu sibuk, telah banyak berbuat dan senang disanjung untuk hal-hal yang tidak kita lakukan. Kita mempertontonkan kesibukan, tetapi sesungguhnya kita tidak produktif," katanya.

Menurut Anis Matta yang juga Wakil ketua DPR RI, bangsa Indonesia akan mampu menghasilkan sesuatu yang besar jika politik narsis dapat dihilangkan.

"Jika narsisme bisa dihilangkan, Insya Allah kita akan memiliki obsesi yang besar untuk kepentingan bangsa dan negara ini," ujarnya.

Pada bagian lain ia juga mengatakan, dunia politik di Indonesia dewasa ini juga dihinggapi "penyakit" cepat puas dan cenderung selalu merasa diri sendiri lebih hebat dibanding yang lain.

"Kita juga selalu bangga dengan prestasi-prestasi kecil, kemudian cepat puas dan merasa pantas dihargai lebih. Dunia politik kita kini juga dihinggapi `penyakit` semacam ini," katanya.

Ia mengaku pernah dimintai saran oleh seorang kepala daerah di Yogyakarta yang akan didaulat menerima penghargaan sebagai pahlawan antikorupsi, apakah harus diterima atau tidak.

"Saya sarankan untuk ditolak, karena apa yang telah beliau lakukan (komit dengan antikorupsi, red) merupakan hal yang sangat biasa dan tidak perlu dihargai sedemikian rupa. Seseorang bisa disebut pahlawan jika dia orang biasa tetapi mampu melakukan hal-hal yang tidak biasa," katanya.

Karenanya, ia mengajak kader-kader PKS untuk melakukan hal-hal besar, tidak cepat berpuas diri dan tidak perlu merasa harus dihargai.

"Dari pada sekarang kita memikirkan bagaimana meraih posisi tiga besar pada Pemilu 2014, misalnya, lebih baik kita mulai saja mengerjakan hal-hal yang besar," ujar Anis Matta. (ANT/K004)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2010