London (ANTARA News) - Kopi Aceh produksi PT Sari Makmur Tunggal Mandiri mendapat tempat di hati masyarakat Tunisia terlihat dengan ramainya pengunjung yang mencicipi kopi di Stand Indonesia yang mempromosikan kopi pada Internasional Food Processing Industry and Services (SIIAS 2010) di kota Hammamet, kota wisata Utama Tunisia.

Ramainya pengunjung yang ingin mencicipi kopi Aceh, menarik minat perusahaan Tunisia, La Generale Alimentaire (GA). Presdir GA, Khaled Karma menawarkan proporsal untuk menjadi distributor kopi Aceh di Tunisia, ujar Pelaksana Fungsi Ekonomi KBRI Tunis, Boy Dharmawan dalam keterangannya kepada Antara London, Sabtu.

Untuk mengkonkritkan rencana tersebut, Karma akan melakukan kunjungan ke Indonesia serta mengundang KBRI Tunis melihat langsung potensi perusahaan tersebut dengan melakukan kunjungan ke perusahaan dan pabrik kopi di Tunis.

Sebagai pemasok kopi terbesar di Tunisia dengan porsi 60 persen, GA dianggap sebagai raja kopi di Tunisia.

Setiap orang di Tunisia mengenal produk kopi GA yaitu Cafe Bondin dan Cafe Ben Yedder. Kalau di Indonesia dengan pangsa 60 persen, GA mungkin sudah terkena peraturan anti monopoli.

Salah satu anak perusahaan dari konglomerat Tunisia Ben Yedder, kopi merupakan core industri dari holding company dengan 25 perusahaan.

Perusahaan yang memproduksi dan menjual 14 ribu ton kopi per tahun tersebut berdiri sejak tahun 1888. Kini perusahaan milik Ben Yadder tersebut merambah pada berbagai bidang industri seperti makanan, minuman, asuransi, perbankan, peralatan mesin dan cafe.

Presdir Khaled Karma mengutarakan dari kopi yang diimpor 60 persen adalah kopi Robusta sedangkan sisanya 40 persen Arabika.

Pada tahun 2001, Tunisia mengimpor kopi Robusta dari Indonesia, namun sejak itu, impor dihentikan karena kualitasnya dianggap kalah bersaing. Kopi Robusta umumnya diimpor dari Brasil karena dianggap memiliki kualitas yang relatif stabil dan memiliki daya saing tinggi.

Untuk itu Karma mengharapkan jika pengusaha Indonesia ingin merebut pasar di Tunisia, jangan berspekulasi dengan kualitas.

Ia juga menegaskan perusahaannya siap menjalin kerjasama dengan pengusaha Indonesia yang ingin melakukan penetrasi pasar di Tunisia khususnya untuk produk kopi karena kopi Indonesia memiliki rasa yang cocok dengan lidah Tunisia.

Namun ia tidak menutup kemungkinan untuk menjadi distributor produk pertanian lainnya seperti teh, coklat dan minyak sawit.

Menurut Pelaksana Fungsi Ekonomi KBRI Tunis, Boy Dharmawan, kebijakan KBRI melakukan jemput bola dengan melakukan kunjungan langsung ke berbagai perusahan di Tunisia merupakan salah satu misi yang digalakkan KBRI Tunis.

Dubes RI Tunis, Muhammad Ibnu Said, selalu menekankan perlunya pejabat KBRI melakukan kunjungan langsung ke pengusaha untuk melihat langsung permasalahan di lapangan yang juga merupakan bagian dari intelijen pasar karena cenderung lebih efektif dalam meningkatkan ekspor Indonesia.

B. Dharmawan mengatakan bahwa untuk menggalakkan promosi ekspor, KBRI Tunis telah memiliki ruang pamer yang memamerkan berbagai produk pertanian Indonesia seperti produk kopi, coklat, minyak sawit, teh, rempah-rempah.

Hal ini diperoleh dari berbagai sumber seperti Kementerian Pertanian RI, PTP Nusantara XII, dan beberapa pelaku usaha Indonesia.

Produk tersebut selain dipamerkan di Ruang Pameran yang di sediakan di KBRI Tunis, juga dipamerkan pada berbagai pameran di Tunisia khususnya pameran produk pertanian guna mengenalkan produk unggulan Indonesia langsung ke masyarakat dan pelaku usaha. (ZG/K004)

Pewarta: NON
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2010