Wasior (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berharap masyarakat Wasior dan pemerintah setempat bisa memanfaatkan material yang hanyut, seperti batu dan kayu, akibat banjir bandang untuk membangun Wasior kembali.

"Semoga ada berkah dari batu-batu ini," kata Presiden saat meninjau daerah aliran sungai di Wasior, Papua Barat, Kamis.

Presiden menyatakan, batu dan kayu yang hanyut itu bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.

Oleh karena itu, Presiden meminta pihak-pihak terkait menyediakan alat berat yang cukup untuk mengolah material banjir itu menjadi bahan bangunan.

Kepala Negara memerintahkan Kementerian Pekerjaan Umum menyediakan alat berat untuk keperluan itu.

Presiden juga memerintahkan jajaran TNI Angkatan Laut untuk menyediakan kapal mengangkut alat berat ke lokasi bencana.

Presiden meminta pembangunan Wasior dilakukan dengan perhitungan masak. Dia meminta pemerintah daerah untuk tidak membangun pemukiman berdekatan dengan daerah aliran sungai.

"Karena tadi kita lihat daerah yang dekat dengan sungai adalah daerah yang paling rusak parah," katanya.

Pada kesempatan itu, Presiden Yudhoyono menegaskan, tidak ada pembalakan liar di Wasior meski ada pohon yang hanyut akibat banjir pada 4 Oktober silam.

"Kita lihat, hutan masih terpelihara dengan baik," katanya.

Yudhoyono menegaskan telah memantau kondisi hutan secara langsung maupun melalui foto udara. Dari pemantauan itu, tidak ditemukan kerusakan hutan. Hal itu sesuai dengan laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Presiden membenarkan adanya kayu gelondongan yang hanyut terbawa banjir. Namun demikian, Presiden menegaskan, hal itu tidak serta merta membuktikan adanya pembalakan liar.

"Itu adalah pohon tumbang utuh dengan akar," katanya.

Saat meninjau daerah aliran sungai, Presiden Yudhoyono secara khusus memperhatikann karakteristik bebatuan yang hanyut bersama banjir beberapa waktu lalu.

Bahkan, beberapa anggota rombongan sempat membawa bebatuan yang terlihat mengandung titik-titik berkilau itu.

Juru bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha ketika di temui di Manokwari menjelaskan, presiden meminta para ahli untuk meneliti jenis bebatuan tersebut.

Julian menegaskan, fokus utama pemerintah adalah pembangunan Wasior. Pemerintah akan memanfaatkan bahan pendukung yang ada, termasuk bebatuan tersebut, untuk memperlancar pembangunan.

Oleh karena itu, penelitian terhadap kualitas batu sangat diperlukan, termasuk mencari tahu kandungan di dalam batu itu, kata Julian.

Data terakhir menyebutkan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana menampung sedikitnya 4.771 pengungsi korban banjir bandang Wasior di Manokwari, Papua Barat.

Sementara itu, 2.554 orang pengungsi tercatat melakukan pengungsian mandiri, atau kembali ke keluarga masing-masing di kawasan Manokwari.

Selain di Manokwari, BNPB juga mendata 2.652 pengungsi masih bertahan di Wasior, tempat bencana banjir bandang terjadi beberapa waktu lalu. Mereka tersebar di enam lokasi penampungan pengungsi.

BNPB juga mencatat 355 pengungsi ditampung di Nabire.

Pemerintah Kabupaten Wondama mencatat sedikitnya 150 orang tewas dan 140 orang dilaporkan hilang dalam bencana banjir beberapa waktu lalu.(*)
(T. F008/S019/R009)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2010