Kabul (ANTARA News) - Satu tentara asing yang memerangi pejuang Afghanistan tewas akibat bom bergaya Taliban pada Jumat, kata NATO saat mengumumkan satu tentara lain tewas akibat luka dari serangan serupa sehari sebelumnya.

Kematian itu menjadikan 16 jumlah tentara asing --sedikitnya enam dari mereka serdadug Amerika Serikat-- tewas dalam perang itu sejak Rabu, kata data kantor berita Prancis AFP.

Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan pakta pertahanan Atlantik utara NATO menyatakan satu anggota meninggal akibat serangan peledak rakitan di Afghanistan selatan pada hari ini.

NATO itu tidak merinci.

Lebih dari 150.000 tentara asing dikerahkan di Afghanistan untuk mengalahkan perlawanan pimpinan Taliban, yang bertujuan menjatuhkan demokrasi negara dukungan Barat itu.

Pejuang meningkatkan serangan setiap tahun sejak penguasa Taliban digulingkan dalam serbuan pimpinan Amerika Serikat pada ahir 2001.

Untuk membasmi pejuang itu, Washington menempatkan sekitar 30.000 tentara tambahan pada tahun ini sebagai dasar siasat gelombang guna mempercepat ahir perang.

Sekitar 10.000 lagi tentara NATO juga dikerahkan.

Pada tahun ini, yang bakal paling mematikan bagi pasukan asing, 590 tentara pimpinan NATO tewas, kata angka berdasarkan atas hitungan laman mandiri icasualties.org, sementara pada tahun lalu, 521 serdadu tewas.

Sejak serbuan pada 2001 itu, sejumlah 2.159 tentara asing tewas di negara terkoyak perang tersebut, dengan Amerika Serikat menderita korban terbanyak, 1.334 orang, diikuti Inggris dengan 340 orang, Kanada (152), Prancis (50), Jerman (45), Denmark (37), Italia (34), Spanyol (30), Belanda (24), dan 113 lagi dari sisa 43 negara lain.

Peningkatan jumlah korban tewas menjadi berita buruk bagi Washington dan sekutunya, yang pemilihnya semakin putus asa oleh korban dalam perang di tempat jauh itu, yang tampak berkepanjangan dan tak berujung.

NATO menghadapi kemunduran besar di Afghanistan saat Gedung Putih memecat Jenderal Amerika Serikat Stanley McChrystal, yang mengecam presiden dan penasehat utama dalam wawancara dengan sebuah majalah.

Perpecahan muncul di persekutuan 46 negara itu saat berusaha memadamkan perlawanan sembilan tahun Taliban, dengan utusan khusus Inggris memperpanjang cuti, korban meningkat dan laporan bahwa Amerika Serikat "tanpa sengaja" mendorong panglima perang.

Penarikan NATO dari Afghanistan akan bertahap dan tidak terburu-buru pada Agustus mendatang, kata panglima pasukan asing di sana, Jenderal Amerika Serikat David Petraeus, pada tengah September.

NATO mempertimbangkan pelatihan tentara dan polisi Afghanistan sebagai unsur penting sebelum pasukan asing itu pada akhirnya ditarik.

Pendapat warga Barat semakin menunjukkan kelelahan akan perang itu, marah atas korupsi dalam pemerintahan Presiden Afghanistan Hamid Karzai dan penambahan korban saat kemelut tersebut memasuki tahun ke-10-nya.

Italia pada Rabu menjadi sekutu terkini NATO merinci rencana mengurangi kehadiran tentaranya dan menyerahkan wilayah tanggung jawabnya kepada pasukan keamanan Afghanistan pada ahir tahun depan.

Kanada, yang merupakan penyumbang terbesar keenam tentara di negara terkoyak perang itu, telah menyatakan bermaksud menarik 2.830 tentaranya keluar dari bagian selatan negara tersebut pada 2011.(*)

AFP/B002/H-RN

Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2010