Tel Aviv (ANTARA News/AFP/Reuters) - Beberapa ribu orang Arab dan Yahudi di Israel melancarkan protes damai Sabtu guna menentang rancangan undang-undang yang mengharuskan warganegara baru non-Yahudi untuk mengucapkan sumpah setia pada negara itu sebagai negara Yahudi, kata seorang reporter AFP yang menyaksikan kejadian tersebut.

Protes terbuka itu, yang diselenggarakan oleh organisasi hak asasi manusia dan partai oposisi sayap-kiri, dilancarkan enam hari setelah pemerintah --yang terutama terdiri atas kubu sayap-kanan-- dengan suara berlimpah mendukung peraturan yang kontroversial tersebut.

Tindakan itu telah dikutuk banyak pihak sebagai rasis oleh masyarakat minoritas Arab tapi tampaknya dirancang untuk menenangkan para menteri garis keras sebelum keputusan untuk memperpanjang moratorium mengenai pembangunan permukiman yang dipandang sebagai kunci bagi upaya perdamaian dukungan AS dengan Palestina.

Pengunjuk rasa berpawai melewati bagian tengah kota Tel Aviv menuju Kementerian Pertahanan. Mereka mengibarkan spanduk yang bertuliskan "Orang Yahudi dan Arab menolak jadi musuh" dan "Tidak buat kebencian". Mereka mengecam Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Luar Negeri Avigdor Lieberman.

Satu usul asli oleh partai ultra-nasionalis pimpinan Lieberman, Yisrael Beitenu, akan mengharuskan orang Arab yang dilahirkan di Israel sekalipun untuk mengucapkan ikrar itu dan berjanji akan bertugas di militer atau melakukan layanan lain nasional tapi usul tersebut ditolak.

Kabinet koalisi 30-anggota mensahkan perubahan rancangan itu dengan 22 suara dan rancangan undang-undang tersebut akan disahkan oleh parlemen sebelum menjadi hukum

Sebelumnya Israel juga mendapat kecaman dari pemimpin perunding Palestina Saeb Erakat, dalam protes mengenai dikeluarkannya rencana untuk membangun 238 rumah di Jerusalem Timur. Erakat, Jumat, menuduh Israel memilih permukiman daripada perdamaian.

Israel, Kamis, mengeluarkan tender pembangunan dalam tindakan yang bisa menambah rumit upaya dukungan AS guna menyelamatkan pembicaraan perdamaian langsung dengan Palestina.

Pembicaraan tersebut, yang diluncurkan lagi pada 2 September, macet sehubungan denganpenolakan Israel untuk memperpanjang pembekuan pembangunan permukiman --yang sudah berlangsung 10 bulan dan habis masanya pada 26 September.

Erakat, di dalam satu pernyataan, mengatakan dengan menyepakati penerbitan rencana pembangunan lebih lanjut, Netanyahu telah membuat pilihannya, yaitu permukiman lebih penting daripada perdamaian, dan telah menunjukkan mengapa tak ada perundingan pada hari itu.

Di Washington, jurubicara Departemen Luar Negeri AS P.J. Crowley, sebagaimana dilaporkan kantor berita Reuters, mengatakan Amerika Serikat "kecewa" dengan pengumuman tender baru di Jerusalem Timur.  (C003/K004)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2010