Kabul (ANTARA News/AFP) - Seorang prajurit NATO dan empat polisi Afghanistan tewas dalam serangan-serangan di negara itu, Kamis, kata beberapa pejabat.

Prajurit itu tewas setelah serangan gerilya, kata Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO dalam sebuah pernyataan, tanpa penjelasan terinci lebih lanjut.

Dengan kematian terakhir itu, jumlah prajurit asing yang tewas di Afghanistan sepanjang tahun ini menjadi 598, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas angka-angka di situs independen icasualties.org.

Di provinsi Herat, Afghanistan barat, empat polisi Afghanistan tewas dan seorang lagi cedera ketika bom bergaya Taliban meledakkan kendaraan mereka, kata kementerian dalam negeri.

Kementerian itu mengutuk serangan tersebut sebagai aksi gerilyawan yang "tidak manusiawi dan tidak Islami".

Angka kematian prajurit asing tahun ini merupakan yang terburuk sejak ofensif untuk menggulingkan rejim Taliban di Afghanistan diluncurkan pasukan pimpinan AS pada akhir 2001.

Sehari sebelumnya, Rabu, seorang prajurit anggota ISAF tewas dalam ledakan bom rakitan di Afghanistan selatan.

Gerilyawan meningkatkan serangan setiap tahun sejak rejim Taliban digulingkan, dan perang tahun ini merupakan yang paling mematikan bagi pasukan asing.

Puluhan prajurit asing tewas di Afghanistan pada bulan ini saja -- hampir tiga kematian dalam sehari.

Juni merupakan bulan paling mematikan untuk pasukan asing di Afghanistan dengan 103 kematian.

Korban-korban asing terakhir berjatuhan setelah Jendral AS David Petraeus pada 4 Juli mulai memegang komando atas 140.000 prajurit AS dan ISAF di Afghanistan, menggantikan Jendral AS Stanley McChrystal, yang dipecat karena pembangkangan.

Sekitar 10.000 prajurit lagi ditempatkan di Afghanistan pada Agustus-September sebagai bagian dari rencana untuk meningkatkan tekanan terhadap gerilyawan, khususnya di provinsi-provinsi wilayah selatan, Helmand dan Kandahar.

Para komandan NATO telah memperingatkan negara-negara Barat agar siap menghadapi jatuhnya korban karena mereka sedang melaksanakan strategi untuk mengakhiri perang lebih dari delapan tahun di negara itu.

Marinir AS memimpin 15.000 prajurit AS, NATO dan Afghanistan dalam Operasi Mushtarak yang bertujuan menumpas militan, yang diluncurkan menjelang fajar Sabtu (13/2) untuk membuka jalan agar pemerintah Afghanistan bisa mengendalikan lagi daerah Helmand penghasil opium.

Ofensif itu dikabarkan mendapat perlawanan sengit dari Taliban, yang melancarkan serangan-serangan dari balik tameng manusia dan memasang bom pada jalan, bangunan dan pohon.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO mencakup puluhan ribu prajurit yang berasal dari 43 negara, yang bertujuan memulihkan demokrasi, keamanan dan membangun kembali Afghanistan, namun kini masih berusaha memadamkan pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Sekitar 520 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2010