Kupang (ANTARA News) - Pemerhati Masalah Kesehatan Gizi di NTT Jusuf A Amnifu, di Kupang, Minggu mengatakan, masalah gizi buruk yang terjadi selama ini merupakan manifestasi dari perilaku gizi yang salah dan pada masa lampau dan penyebab lainnya (hulu) dan pada waktunya akan munculnya kasus - kasus gizi buruk (hilir).

"Upaya penanganan masalah gizi selama ini cenderung hanya difokuskan di hilir saja tanpa disertai upaya penanganan secara komprehensif di hulu permasalahannya, akibatnya upaya yang dilakukan tidak memperlihatkan hasil yang optimal," katanya di Kupang, Minggu, menanggapi kasus gizi buruk yang mendera ribuan balita di NTT saat ini.

Alumni Program Studi (Prodi) Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta ini mengatakan upaya mengatasi masalah gizi buruk sebaiknya bersifat "memberi kail bukan ikan" dengan memberdayakan setiap keluarga/rumah tangga agar keluarga harus mampu mandiri.

"Telah banyak upaya-upaya yang telah dilakukan baik oleh pemerintah, LSM dan masyarakat serta komunitas-komunitas lain sebagai upaya perbaikan gizi,seperti upaya yang dilakukan oleh sektor kesehatan dengan perannya selama ini, baik melalui kegiatan preventif, promotif, kuratif bahkan rehabilitatif, seperti pemantauan pertumbuhan di posyandu dengan paket gizi, pelacakan dan penemuan kasus gizi buruk, pemberian makanan tambahan.

Penyuluhan/Pemulihan (PMT- P) dan perawatan kasus balita gizi buruk di unit- unit perawatan (Rumah Sakit, Puskesmas dan TFC (Therapeutic Feeding Center) bahkan diikuti dengan pemantauan paska perawatan, tetapi upaya tersebut akan sia-sia bila tidak didukung oleh sektor lain melalui upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat agar mereka mampu memenuhi kebutuhan gizi keluarganya dan penanganan masalah sosial seperti pemberdayaan petani.

Pemberian kredit mikro dan pengembangan usaha kecil dan menengah sebab masalah gizi buruk bukan hanya merupakan tanggung jawab sektor kesehatan saja tetapi merupakan tanggung jawab bersama.

Ia mengatakan dominasi salah satu sektor/program tidak menutup kemungkinan upaya mengatasi gizi buruk akan bersifat sesaat saja, sebab upaya perbaikan gizi ini tidak akan berhasil baik apabila tidak dilakukan secara integral dengan lintas program/sektor lainnya.

Di samping itu katanya upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat sendiri juga telah memberikan dukungan dalam upaya perbaikan gizi masyarakat, seperti adanya kesadaran untuk hadir dalam kegiatan di posyandu, kegiatan-kegiatan PKK dll yang sering melakukan praktik-praktik bagi perbaikan gizi.

"Yang tidak kalah pentingnya adalah peran rohaniwan dan kaum perempuan, pihak rohaniwan mempunyai potensi pendekatan secara emosional dalam upaya pemberdayaan masyarakat, apa yang dikatakan oleh para rohaniwan (Pendeta, Pastor, Imam masjid dll) lebih cenderung didengar dan diikuti, upaya preventif dan promotif bisa dilakukan melalui kelompok-kelompok kategorial," katanya.

Ada pula upaya dan peran yang tanpa disadari, memberikan andil yang cukup besar dalam upaya penanggulangan masalah gizi, yaitu kader posyandu dengan "semangat kerja sukarela" melakukan kegiatan pendampingan di posyandu dan di masyarakat, dengan kemampuan yang ada, mereka berusaha untuk membantu anak-anak dan ibu-ibu balita serta ibu hamil dan menyusui dengan memberikan pelayanan dengan memberikan penyuluhan kesehatan yang mereka miliki,oleh karena itu pemerintah harus memberikan perhatian lebih kepada kader kesehatan.

"Upaya pendidikan kesehatan khususnya masalah gizi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan secara formal melalui sekolah-sekolah mulai dari tingkat dasar sampai ke tingkat lanjutan yang diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan kesehatan dan gizi di masyarakat," katanya.

Untuk mendukung upaya-upaya tersebut bisa dilakukan dengan strategi-strategi upaya penanggulangan masalah gizi, seperti; Pemberdayaan Keluarga dan masyarakat melalui KADARZI, Pemberdayaan Petugas dalam rangka meningkatkan kinerja petugas melalui pendidikan dan pelatihan tenaga gizi secara bertahap, Keterlibatan sekolah dalam upaya pencegahan dan penanggulangan masalah gizi masyarakat, Upaya menyeluruh dan terpadu di bidang gizi (Pemerintah, perguruan tinggi, LSM.

Keluarga, PKK, masyarakat dll), Penekanan pada penganekaragaman makanan alamiah/lokal dengan pemanfaatan pekarangan keluarga dan masih banyak strategi yang dapat diterapkan yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat tanpa melupakan berbagai aspek kehidupan di masyarakat.

Upaya-upaya yang dilakukan, diharapkan pengetahuan dan kesadaran akan gizi dan kesehatan di masyarakat semakin baik, tinggal bagaimana keseriusan pemerintah, masyarakat dan komunitas lainnya menjalankan program pemberdayaan masyarakat sebagai upaya dan solusi penuntasan masalah gizi.

"Upaya-upaya sederhana yang dapat dilakukan oleh masyarakat dan didukung oleh pemerintah (sektor terkait) seperti pemanfaatan pekarangan dengan aneka ragam tanaman sayuran atau usaha ternak unggas bagi setiap kepala keluarga minimal satu pasang unggas dimana hasil dari ternak tersebut tidak hanya untuk dijual," katanya.

Tapi juga untuk dikonsumsi sendiri sehingga konsumsi protein hewani dapat terpenuhi dan hasil penjualan dapat menambah pemasukan ekonomi keluarga, tetapi hal ini bagi sebagian masyarakat merupakan beban sehingga tidak dapat dilaksanakan dan melalui dan didukung oleh pemerintah bisa dengan mengeluarkan suatu aturan yang mengharuskan untuk dilaksanakan oleh setiap kepala keluarga, tetapi tentunya juga harus memperhatikan bagaimana membantu menyiapkan bibit ternak unggas dengan teknik-teknik pemeliharaannya bagi masyarakat dan lain-lain. (ANT/K004)

Pewarta: NON
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2010