Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia mencatat pada pekan ketiga Oktober terjadi peningkatan penyaluran kredit perbankan sebesar Rp6,11 triliun hingga menjadi Rp1.647,42 triliun.

Kepala Biro Humas Bank Indonesia Difi A Johansyah di Jakarta, Jumat mengatakan kenaikan tersebut bersumber dari kredit rupiah yang naik Rp2,39 triliun dan kredit valas Rp3,72 triliun.

Dengan demikian, selama tahun 2010 (year to date/ytd) kredit tercatat naik sebesar Rp217,22 triliun atau 15,19 persen dan secara yoy naik Rp291,92 triliun atau 21,54 persen.

Secara tahunan (yoy), pertumbuhan kredit rupiah tercatat sebesar 21,21 persen, sedangkan kredit valas tumbuh sedikit lebih tinggi yakni sebesar 23,58 persen.

Kredit rupiah naik cukup merata pada tiga kelompok bank yaitu swasta, persero/BUMN, dan BPD, tertinggi pada kelompok bank persero sebesa Rp1,40 triliun. Sedangkan kelompok KCBA dan Campuran mengalami penurunan masing-masing sebesar Rp0,69 triliun dan Rp0,50 triliun.

Sementara itu, kredit valas meningkat pada empat kelompok bank yaitu swasta, persero, kantor cabang bank asing (KCBA) dan campuran, tertinggi pada kelompok bank persero sebesar Rp1,37 triliun. Sedangkan penyaluran kredit valas kelompok BPD tidak mengalami perubahan.

Proporsi penyaluran kredit valas terbesar terdapat pada kelompok KCBA sebesar 52,82 persen dan campuran 46,66 persen dari total penyaluran kredit pada masing-masing kelompok bank tersebut. Sedangkan yang terendah pada kelompok BPD 0,11 persen dan persero 9,25 persen.

Dana Masyarakat


BI juga mencatat perkembangan dana masyarakat atau dana pihak ketiga (DPK) meningkat dengan jumlah yang hampir sama dengan kenaikan kredit pada pekan laporan.

DPK naik Rp6,65 triliun hingga menjadi Rp2.139,48 triliun yang antara lain disebabkan masih berlanjutnya inflow uang kartal ke sistem perbankan.

Kenaikan DPK tersebut berasal dari DPK rupiah Rp7,46 triliun, sedangkan DPK valas turun Rp0,81 triliun. Dengan demikian, selama tahun 2010 secara ytd DPK telah tumbuh 8,58 persen atau Rp169,03 triliun, dan secara yoy tumbuh 17,07 persen atau Rp312,03 triliun.

BI juga mencatat indikasi peningkatan jumlah alat likuid bank, terutama dalan bentuk penempatan pada BI (Fasbi) sebesar Rp19,9 triliun dan Term Deposit sebesar Rp21,1 triliun periode 13 sampai dengan 20 Oktober 2010.

Hal ini diperkirakan sebagai bagian antisipasi meningkatnya GWM primer pada awal November mendatang.

(D012/B012/S026)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2010