Hanoi (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berada di Hanoi, Vietnam, untuk menjalankan misi kesejahteraan bagi Indonesia melalui forum Perhimpunan Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN).

Menghadiri pertemuan puncak ke-17 ASEAN adalah rangkaian agenda kerja Presiden Yudhoyono selama sepekan terakhir. Sebelum berada di Hanoi, Kepala Negara mengunjungi Shanghai, China, dengan misi yang sama; kesejahteraan bagi Indonesia.

China memiliki arti tersendiri untuk misi Indonesia tersebut. Negeri tirai bambu itu dikenal sebagai negara besar sekaligus kekuatan baru ekonomi dunia.

Hal yang lebih menarik adalah letak geografis China yang berada di Asia. Hal itu adalah kesempatan besar bagi Indonesia untuk memetik keuntungan demi kemajuan bersama.

Negara-negara anggota ASEAN berpikiran serupa. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika dalam setiap pertemuan puncak ASEAN selalu ada forum yang secara khusus membahas kerja sama antara negara-negara anggota ASEAN dan China.

Tak tanggung-tanggung, salah satu agenda besar dalam pertemuan puncak ASEAN-China adalah pencapaian target perdagangan bebas ASEAN-China dengan nilai 500 miliar dolar AS pada 2015.

Pada kesempatan itu, para pemimpin ASEAN menyambut baik penerapan kawasan pasar bebas ASEAN-China (ACFTA).

Selain meningkatkan nilai perdagangan, China melalui Perdana Menteri Wen Jiabao juga berkomitmen mencapai target investasi sebesar 10 miliar dolar AS pada 2015.

Daya tarik China juga bisa dilihat dari niat negara itu untuk memberikan dukungan dana bagi fasilitas kredit sebesar 15 miliar dolar AS.

Inisiatif dukungan dana tersebut dititikberatkan pada upaya-upaya untuk mempromosikan pembangunan infrastruktur dan keterhubungan kawasan ASEAN.


Membuka pintu

Bagi Indonesia, China adalah peluang. Membuka pintu bagi investasi dari negeri tirai bambu itu, menurut Presiden Yudhoyono, adalah peluang untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa.

Hal itu bahkan diungkapkan Presiden sebelum pertemuan puncak ke-17 ASEAN dimulai. Saat itu, Presiden dan 500 pengusaha dari Indonesia dan China hadir dalam forum bisnis yang digelar di China Hall, Pudong Shangri-La Hotel, Shanghai.

Forum bisnis itu terselenggara atas kerja sama Kedutaan Besar Republik Indonesia di Beijing, China, dan Dewan Promosi Perdagangan Internasional China (CCPIT).

Dalam forum tersebut, Yudhoyono meminta pemerintah China dan sektor usaha negara itu terus meningkatkan investasi di Indonesia.

"Kami harap investasi lebih banyak lagi dari China," kata Presiden Yudhoyono saat membuka forum bisnis tersebut.

Presiden menjelaskan, Indonesia adalah target investasi yang menjanjikan.

Menurut Yudhoyono , Indonesia sedang dan terus memperbaiki diri untuk menciptakan iklim invetasi yang kondusif.

Saat ini, Indonesia telah berhasil melaksanakan reformasi birokrasi, termasuk menyederhanakan proses administrasi dan perizinan bagi para investor.

Selain itu, Indonesia juga terus memperbaiki regulasi. Perbaikan aturan hukum itu diharapkan bisa menciptakan sejumlah produk hukum yang tidak saling bertentangan, sehingga bisa menarik para investor.

Yudhoyono menambahkan, Indonesia sedang bergeliat dalam pembangunan infrastruktur. Untuk mencapai target pembangunan, pemerintah mengalokasikan dana yang tidak sedikit untuk memperbaiki infrastruktur.

Selain itu, Indonesia adalah kawasan yang menjadi salah satu sumber energi. Presiden menyebut panas bumi sebagai salah satu sumber energi baru yang bisa menjadi target bisnis para investor.

Presiden berpendapat, peningkatan investasi dari China juga harus didorong melalui kesepahaman antarpemerintah. Dengan kesepahaman itu, kedua negara akan menjalin kerja sama yang saling menguntungkan.

"Kita perkuat kerja sama bilateral kita," kata Presiden.


Membangun kesepahaman

Gayung bersambut. Sektor usaha Indonesia dan China sepaham untuk menjalin sejumlah kerja sama usaha di berbagai bidang. Salah satu sektor kerja sama yang menarik adalah dalam bidang energi dan pertambangan.

Keenam kesepakatan bidang energi dan pertambangan yang ditandatangani dalam forum bisnis di Shanghai itu adalah penunjukan Shanghai Know-How Marine Equipment sebagai distributor pelumas Marine Pertamina.

Wilayah distribusi pelumas itu adalah China, dengan nilai penjualan sebesar 600 ribu dolar AS per tahun.

Kerja sama kedua adalah pengelolaan proyek Madura Strait PSC, yaitu proyek blok gas yang terletak di Selat Madura. Kerja sama itu melibatkan tiga perusahaan, yaitu Samudera Energy, CNOOC Limited, dan Husky Oil.

Kemudian PT Aneka Tambang menggandeng Hangzhou Jinjiang Group Co. Ltd untuk melakukan proyek eksplorasi, eksploitasi, dan pengembangan bauksit.

Selain itu, Jinchuan Group Ltd berniat berinvestasi dengan nilai mencapai dua miliar dolar AS guna membangun pabrik nikel di Sulawesii Tenggara. Perusahaan China itu akan menggandeng PT Barong Baragas Energy.

Kerja sama berikutnya adalah pembangunan pembangkit listrik dan eksploitasi nikel senilai 700 juta dolar AS antara PT Bumi Makmur Selaras dan Hanking Industrial Group.

Kerja sama eksploitasi nikel juga dikerjakan oleh PT Indonesia Mitra Jaya dan Super Power International Holding Ltd. Kedua perusahaan itu sepakat mengolah nikel di daerah Pulau Seram.

Menteri Perdagangan Marie Elka Pangestu yang hadir dalam acara penandatanganan nota kesepahaman tersebut mengatakan, kerja sama dengan China akan menguntungkan Indonesia.

Menurut dia, kerja sama dengan negeri tirai bambu itu membuka peluang bagi Indonesia untuk melakukan alih teknologi sekaligus meningkatkan nilai jual produk dalam negeri.

Marie Elka menegaskan, yang terpenting dalam kerja sama adalah kesetaraan. Dengan kesetaraan, Marie yakin kedua pihak akan sama-sama mendapat keuntungan.

Dia mengatakan, kerja sama Indonesia dan China adalah salah satu upaya untuk memetik manfaat dari kesepakatan perdagangan bebas ASEAN-China.

Kerja sama kedua negara akan mengatasi kekhawatiran sektor-sektor usaha tertentu terhadap dampak negatif perdagangan bebas ASEAN-China.

"Oleh karena itu, kerja sama dengan China tidak hanya dalam sektor migas, tapi juga agrikultur, perikanan, dan UKM," katanya.

Panandatanganan enam nota kesepahaman kerjasama bidang energi dan pertambangan itu adalah bagian dari penandatanganan 27 nota kesepahaman dalam berbagai bidang .

Kerja sama lainnya adalah dalam bidang pertanian, seperti pengembangan benih hibrida, bioteknologi sayuran, dan riset hortikultura.

Kemudian kerja sama di bidang infrastruktur, misalnya pembangunan jembatan dan serat optik. Selain itu, juga ada kerja sama bidang perikanan dan kebudayaan, khususnya film animasi.

Kerja sama antara Indonesia-China lahir pada masa awal Indonesia tumbuh sebagai negara berdaulat. "Poros Indonesia-Peking" (Beijing-red) yang dibentuk Presiden Soekarno pada 1964 adalah saksi hubungan baik kedua negara.

Saat ini, tentunya hubungan kedua negara tidak perlu dilandasi model kerja sama keras dan berpotensi konflik seperti "Poros Jakarta-Peking".

Kerja sama masa kini didasarkan pada azas kesetaraan dan perdamaian yang saling menguntungkan.(F008/K004)

Oleh Oleh F.X. Lilik Dwi Mardjianto
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2010