Jakarta (ANTARA News) - Kelompok teater paling populer di Indonesia, Teater Koma, kembali pentas memanggungkan sebuah drama bertajuk "Rumah Pasir" di Teater Salihara, Jakarta. Sandiwara ini digelar setiap malam mulai 29 Oktober hingga 7 November.

Menurut N Riantiarno, penulis naskah dan sutradara, lakon ini merupakan produksi ke-120 kelompoknya.

"Dalam kaitannya dengan HIV/AIDS ini adalah persembahan ketiga dari saya," kata Riantiarno, yang pendiri Teater Koma ini.

Yang pertama, menurut Riantiarno, miniseri 3 episode di TVRI, bekerjasama dengan Ford Foundation, berjudul "Onah dan Impiannya atawa Suryakanta Kala", 1994. Tiga episode tersebut kemudian dipadatkan menjadi 50 menit dan ditayangkan pada hari pembukaan Seminar AIDS Internasional di Universiteit van Amsterdam, Belanda, 1995.

Yang kedua, lakon "Kupu-Kupu Ungu" pada 1998, sebuah serial 13 episode, bekerjasama dengan Ford Foundation dan Departemen Kesehatan, ditayangkan di RCTI. Pada 1999, FFB (Forum Film Bandung) menganugerahkan penghargaan Penulis Skenario Terpuji kepada Riantiarno untuk karyanya "Kupu-Kupu Ungu" itu. Sutradara yang turut menggarap serial itu antara lain Riri Riza, Hani R. Saputra, Idries Pulungan, N. Riantiarno, dan Nan T. Achnas. Aktris Nurul Arifin berperan sebagai tokoh utama, Dokter Halimah.

Yang ketiga, Rumah Pasir. Lakon ini berkisah tentang seorang pengusaha muda petualang cinta, Leo Kastoebi (Budi Ros). Gaya hidupnya bebas, khas metropolitan. Dia terlibat asmara dengan banyak wanita. Dia tidak pernah memikirkan akibatnya, baik terhadap dirinya maupun orang lain.

Cukup dengan satu perbuatan berisiko, hidup bisa berubah drastis. Dan, terkadang, akibat dari perbuatan berisiko itu tidak hanya ditanggung oleh seorang saja. Lalu, bagi yang terlanjur tak mampu menghindar, hidup bagaikan `rumah pasir?. Setiap saat bisa tersapu ombak, lenyap tak berbekas. Masihkah ada harapan?

"Perlu keberanian untuk menanggung akibat perbuatan diri sendiri," cetus Riantiarno.

Lakon berdurasi 2 jam ini bekerjasama dengan Komunitas Salihara, didukung Komisi Penanggulangan AIDS dengan konsultan HIV/AIDS, yakni DR. Rosalia Sciortino dan Baby Jim Aditya.  (ANT-267/K004)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2010