Sao Paulo (ANTARA News/Reuters) - Calon dari partai yang berkuasa Dilma Rousseff menang dalam pemilihan presiden Brazil, Ahad, dalam pemungutan suara babak kedua, dan akan menjadi perempuan pertama yang memimpin negara ekonomi terbesar di Amerika Latin.

Rousseff meraih 55,8 persen suara yang sah sedangkan calon dari oposisi Jose Serra mengantungi 44,2 persen suara. Lebih dari 97 persen suara telah dihitung. Rousseff dijadwalkan diambil sumpahnya sebagai presiden negeri tersebut pada 1 Januari.

Sementara itu beberapa pengulas memberi komentar mengenai pemilihan umum tersebut.

"Pasar tentu ingin melihat perubahan dalam kebijakan fiskal. Ada beberapa tanda ke arah itu pekan ini ... ketika ada pembicaraan mengenai penetapan sasaran bagi rasio utang-berbanding-produk kotor domestik, yang akan sangat positif sebab itu akan membantu menurunkan nilai suku bunga," kata Tony Volpon --pemimpin Penelitian Pasar Yang Baru Muncul di Amerika, Nomura Securities.

"Tantangan utama ialah mempertahankan tingkat pertumbuhan yang tinggi, tapi memiliki model penanaman modal yang lebih berkaitan dengan pasar dan bukan terikat pada BNDES (bank pembangunan negara). Jelas BNDES menggelembung dan jika itu tumbuh lagi, itu bahkan dapat menciptakan risiko ekonomi yang sistemik," katanya.

Sementara itu Paulo Petrassi, Mitra Mangemen, Leme Investmento, mengatakan, "Saya kira ini takkan memiliki dampak pada pasar ... Saya tak melihat tambahan kondisi yang mudah bergolak di pasar bursa atau pasar saham."

"Tantangan utama berada pada masalah fiskal. GDP tahun depan akan kurang berkembang, sehingga saya kira dia (Rousseff) harus memangkas pengeluaran dalam jumlah besar," katanya.

Presiden Rural Society, Brazil, Cesarto Ramalho, mengatakan, "Prioritas presiden mendatang mesti berupa nilai tukar. Sektor ekonomi primer sangat menderita akibat masalah nilai tukar."

"Sektor pertanian telah sangat diabaikan selama kampanye, tak ada perdebatan mengenai itu," kata Ramalho. (C003/K004)

Pewarta: NON
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2010