Kabul (ANTARA News/AFP) - Jumlah tentara asing tewas dalam perang Afghanistan sepanjang tahun ini mencapai 614 orang dengan kematian satu tentara NATO pada Selasa.

Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) pimpinan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO menyatakan tentara itu, yang kebangsaannya tidak diumumkan, tewas akibat serangan pejuang di Afghanistan selatan.

Kantor berita Prancis AFP mendasarkan jumlah korban itu atas hitungan laman mandiri icasualties.org, yang melacak korban perang di Irak dan Afghanistan.

NATO dan Amerika Serikat memiliki lebih dari 150.000 tentara di Afghanistan untuk memerangi pejuang pimpinan Taliban, yang sekarang dalam tahun ke-10 sejak penguasa itu dipaksa turun dari pemerintahan pada ahir 2001.

Sejak serbuan pada 2001 itu hingga tengah Oktober, sejumlah 2.159 tentara asing tewas di negara terkoyak perang tersebut, dengan Amerika Serikat menderita korban terbanyak, 1.334 orang, diikuti Inggris dengan 340 orang, Kanada (152), Prancis (50), Jerman (45), Denmark (37), Italia (34), Spanyol (30), Belanda (24), dan 113 lagi dari sisa 43 negara lain.

Peningkatan kematian pasukan sangat membebani Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan pemerintahannya menjelang tinjauan perang di Afghanistan itu pada Desember.

Peningkatan jumlah korban tewas menjadi berita buruk bagi Washington dan sekutunya, yang pemilihnya semakin putus asa oleh korban dalam perang di tempat jauh itu, yang tampak berkepanjangan dan tak berujung.

NATO menghadapi kemunduran besar di Afghanistan saat Gedung Putih memecat Jenderal Amerika Serikat Stanley McChrystal, yang mengecam presiden dan penasehat utama dalam wawancara dengan sebuah majalah.

Perpecahan muncul di persekutuan 46 negara itu saat berusaha memadamkan perlawanan sembilan tahun Taliban, dengan utusan khusus Inggris memperpanjang cuti, korban meningkat dan laporan bahwa Amerika Serikat "tanpa sengaja" mendorong panglima perang.

Penarikan NATO dari Afghanistan akan bertahap dan tidak terburu-buru pada Agustus mendatang, kata panglima pasukan asing di sana, Jenderal Amerika Serikat David Petraeus, pada tengah September.

NATO mempertimbangkan pelatihan tentara dan polisi Afghanistan sebagai unsur penting sebelum pasukan asing itu pada akhirnya ditarik.

Pendapat warga Barat semakin menunjukkan kelelahan akan perang itu, marah atas korupsi dalam pemerintahan Presiden Afghanistan Hamid Karzai dan penambahan korban kemelut tersebut.

Italia pada pekan lalu menjadi sekutu terkini NATO merinci rencana mengurangi kehadiran tentaranya dan menyerahkan wilayah tanggung jawabnya kepada pasukan keamanan Afghanistan pada ahir tahun depan.

Kanada, yang merupakan penyumbang terbesar keenam tentara di negara terkoyak perang itu, telah menyatakan bermaksud menarik 2.830 tentaranya keluar dari bagian selatan negara tersebut pada 2011.

Swedia bermaksud menarik tentara tempurnya dari Afghanistan antara 2012 hingga 2014, tapi merencanakan mempertahankan kehadiran dukungan besar bukan tempur setelah itu, kata Perdana Menteri Fredrik Reinfelds pada ahir Oktober.

Swedia memiliki amanat parlemen untuk mempertahankan tentaranya di Afghanistan hingga 1 Januari 2011.

Di tengah tekanan berat melawan Taliban, Presiden Afghanistan Hamid Karzai juga menggandakan upaya membawa pejuang itu ke meja perundingan di bawah rencana baru rujuknya.(*)

(Uu.B002/R009)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2010