Yogyakarta (ANTARA News) - Radius tidak aman dari ancaman bahaya Gunung Merapi kini diperluas, yang semula sampai 10 kilometer menjadi 15 kilometer, menyusul aktivitas vulkaniknya yang masih tinggi terutama awan panas.

Itu artinya, berada dalam radius kurang dari 15 kilometer tidak lagi aman, termasuk untuk wilayah pengungsian. Apalagi, awan panas yang terjadi sejak pukul 18.02 WIB, Rabu, hingga pukul 22.55 WIB atau selama hampir lima jam belum berhenti.

Namun, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi menyebutkan awan panas ini sulit dipantau karena gunung tertutup kabut tebal, sehingga belum bisa dipastikan apakah awan panas guguran atau awan panas letusan.

PVMBG, melalui kepalanya, Surono, bahkan menyatakan ancaman dari aktivitas Gunung Merapi ke segala arah. "Ancaman material vulkanik Merapi kini ke segala arah, terutama selatan, tenggara, barat daya dan barat, serta timur," katanya.

Ia mengatakan pihaknya memutuskan untuk memperluas radius tidak aman menjadi 15 kilometer termasuk wilayah pengungsian, karena jarak luncur awan panas dilaporkan cukup jauh.

Awan panas yang terjadi sekitar pukul 14.44 WIB, Rabu, dilaporkan cukup besar, dengan durasi sekitar satu setengah jam. Jarak luncur awan panas ini sembilan kilometer dari puncak Merapi.

Menurut dia, perluasan radius aman tersebut cukup signifikan, mengingat jauhnya jarak luncur awan panas dari gunung berapi ini.

Pada erupsi eksplosif 26 Oktober 2010 jarak luncur awan panas terjauh 7,5 kilometer, dengan durasi sekitar 33 menit.

"Daripada kami terus menerus khawatir, maka perluasan radius tidak aman dilakukan, agar semuanya lebih pasti," katanya.

Ia mengatakan erupsi yang terjadi pada Rabu itu jauh lebih besar dibandingkan dengan erupsi eksplosif yang terjadi sepekan lalu.

"Kemarin, lava pijar sudah mulai muncul, dan itu merupakan pertanda yang baik. Tetapi pada kenyataannya justru kembali muncul awan panas yang jauh lebih besar. Ini menandakan bahwa energi yang tersimpan di Merapi jauh lebih besar dibanding erupsi 2006," ujarnya.

Surono mengatakan kemungkinan Merapi akan kembali mengalami erupsi juga masih cukup besar, karena energi yang tersimpan cukup besar.

Sementara itu, sekitar seribu pengungsi di tempat pengungsian Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Rabu siang berhamburan karena panik, setelah Merapi selama satu jam lebih mengeluarkan awan panas yang meluncur ke selatan.

Para pengungsi tersebut berhamburan meninggalkan barak pengungsian karena melihat gumpalan awan panas menuju ke arah barak Desa Kepuharjo. Pengungsi tersebut berhamburan tanpa terkoordinasi dan ada yang ke arah barat serta arah timur dengan meninggalkan kendaraan yang ada.

Menurut Sertu Saifudin dari Rumah Sakit DKT Yogyakarta yang bertugas di barak pengungsian Kepuharjo mengatakan selain para pengungsi aparat yang tugas di posko tersebut juga berhamburan.

"Anggota TNI maupun Polri yang bertugas juga berhamburan menyelamatkan diri, sampai saat ini kami belum tahu apakah ada pengungsi atau petugas yang menjadi korban, saya sendiri sudah turun jauh dari lokasi barak," katanya.(*)
(U.V001/M008/R009)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2010