Yogyakarta (ANTARA News) - Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta membuka kampusnya sebagai tempat untuk menampung para pengungsi letusan Gunung Merapi dari sejumlah desa di bawah lereng Merapi.

"Para pengungsi sudah berdatangan ke kampus pada Jumat dini hari dan puncaknya pada pukul 07.00 WIB. Semua pengungsi yang ditampung di posko ini adalah mereka yang berdiam di desa yang jaraknya 15 kilometer dari puncak Merapi," kata Ketua Program UPN peduli Merapi, Susilo Herlambang, di Yogyakarta, Jumat.

Ia mengatakan, kegiatan membuka kampus UPN `Veteran` Yogyakarta merupakan bentuk kepedulian kepada para korban bencana alam letusan Gunung Merapi.

"Ini merupakan bentuk kepedulian kami terhadap para korban Merapi. Sebelumnya posko bantuan juga telah dibuka pada tanggal 28 Oktober 2010," katanya.

Selain itu, ia mengatakan bahwa daya tampung posko pengungsian di Kampus UPN Veteran Yogyakarta ini mencapai 6.000 orang. "Hingga saat ini jumlah pengungsi yang ditampung di posko ini sekitar 1.200 pengungsi yang yang terdiri atas lansia, anak-anak, balita dan orang dewasa," katanya.

Susilo juga mengatakan jika pada posko pengungsian ini sudah terdapat sarana dan prasarana yang mendukung dan mempermudah para pengungsi.

"Kami telah menyiapkan sarana MCK, dapur umum dan posko kesehatan yang tenaga medisnya bekerjasama dengan rumah sakit di Daerah Istimewa Yogyakarta," katanya.

Sejauh ini, sejumlah bantuan dari para relawan datang silih berganti, baik itu berupa bantuan dana, logistik serta pakaian dan perlengkapan lainnya yang dibutuhkan bagi para pengungsi, kata Susilo.

Ia mengatakan, selama area kampus dijadikan sebagai posko pengungsian, aktivitas perkuliahan dan mahasiswa diliburkan untuk sementara waktu.

"Kami meliburkan aktivitas perkuliahan selama dua hari, karena saat ini sedang ujian mid semester, maka kami menundanya terlebih dahulu. Namun dengan adanya posko pengungsian ini, tidak mempengaruhi aktivias perkuliahan karena ruang kuliah dan posko terpisah," katanya.

Sementara itu, Bari Widodo, pengungsi asal Desa Girikerto, Turi, Sleman, DIY, mengatakan bahwa letusan Merapi kali ini sangat besar dari letusan-letusan tahun sebelumnya.

"Saya sudah tiga hari meninggalkan rumah, hampir satu RW di desa kami terserang `wedus gembel` dan letusan Merapi tahun ini lebih besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya," katanya.

Ia mengatakan jika dirinya mengalami kesulitan memperoleh perlengkapan selama di barak pengungsian. "Saya mengalami kesulitan di barak pengungsian ini, hingga saat ini saya belum mendapatkan selimut dan perlengkapan mandi," katanya.

Bari berharap agar apa yang mereka butuhkan selama di pengungsian dapat tercukupi."Kami tidak membawa apa-apa saat mengungsi, hanya memikirkan keselamatan saja," katanya.

(ANT-161/H008/S026)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2010