Sleman (ANTARA News) - Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, Minggu, mulai pukul 02.55 WIB hingga 04.25 WIB mengeluarkan suara bergemuruh sehingga membuat khawatir warga yang berada pada radius aman 20 kilometer.

"Suara bergemuruh Gunung Merapi pada Minggu dini hari masih terdengar namun tidak keras. Meski suaranya tidak keras, kami tetap takut," kata Sularman (34) yang berada di tempat pengungsian di Sleman, Minggu.

Menurut dia, suara gemuruh Gunung Merapi kadang keras namun kadang lirih. "Pokoknya Gunung Merapi tanpa henti mengeluarkan suara gemuruh disertai letusan lava pijar ringan. Kami takut kalau Gunung Merapi meletus lagi seperti pada 26 Oktober 2010 dan Jumat (5/11) dini hari," katanya.

"Kami mendengar suara Gunung Merapi bergemuruh tiada henti sejak Minggu dini hari sehingga membuat pengungsi cemas jika gunung teraktif di Indonesia itu meletus lagi," kata Sumarno (31) pengungsi di Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Suara gemuruh Gunung Merapi yang tiada henti membuat kalangan warga di tempat pengungsian yang sudah tidur nyenyak terbangun karena takut terjadi lagi letusan, katanya.

Kepala Mitigasi Bencana dan Vulkanologi Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono mengakui Gunung Merapi mengeluarkan suara gemuruh dan letusan yang tiada henti.

"Kadang intensitas letusan dan suara gemuruh Gunung Merapi menurun. Sejak Minggu pukul 00.50 WIB intensitas letusan meningkat lagi. Suara gemuruh dan letusan hingga kini masih berlangsung," katanya.

Menurut dia, aktivitas Gunung Merapi sejak 3 November 2010 hingga kini memang tidak pernah berhenti sehingga kalangan warga diminta tetap waspada dengan mematuhi jarak aman pada radius 20 kilometer dari puncak Gunung Merapi.

"Untuk saat ini yang paling penting warga harus berada di radius aman 20 kilometer. Kami minta warga bersabar di tempat pengungsian," katanya.
(L.B015*E013/H010/P003)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2010