Jakarta (ANTARA News) - Organisasi kemanusian, Plan Indonesia, kembali mendistribusikan bantuan kemanusiaan untuk pengungsi korban letusan Gunung Merapi, menyusul makin luasnya skala bencana letusan Gunung Merapi di Yogyakarta.

Program Departement Head Plan Indonesia, Nono Sumarsono, dalam keterangan pers di Jakarta, Senin, mengatakan, bantuan tambahan yang dikirim kali ini berupa 2.000 tikar dan 5.000 selimut untuk memenuhi kebutuhan 1.000 keluarga akibat bencana alam tersebut.

"Bantuan tersebut sudah diberangkatkan dari Jakarta dan akan dibagikan kepada pengungsi di sejumlah lokasi pengungsian yang berada di Kabupaten Sleman dan Magelang," katanya.

Plan Indonesia, lanjut dia sebelumnya telah mengirimkan bantuan darurat sehari setelah terjadi letusan pertama Gunung Merapi pada 26 Oktober 2010. Bantuan darurat non pangan itu telah didistribusikan kepada sedikitnya 1.800 keluarga di posko pengungsi di Kabupaten Sleman Magelang dan Klaten.

Berdasarkan pengamatan Plan Indonesia, menurut dia hal yang paling mendesak dibutuhkan oleh para pengungsi adalah selimut, makanan, tikr, pelaratan mandi, fasilitas sanitasi, air bersih, dan upaya pemulihan psikoo-sosial.

Nono menjelaskan selain mendistribusikan bantuan kemanusiaa non pangan, Plan Indonesia sebagai organisasi kemanusiaan yang berpusat pada kesejahteraan anak, juga menyiapkan program sanggar anak (Child Friendly Space/CFS) untuk pemulihan psiko-sosial anak-anak di lokasi pengungsian.

Melalui program CFS ini, ribuai anak-anak di pengungsian akan mendapatkan sarana sekolah darurat dan peralatan perlengkapan belajr, katanya.

Dari pemetaan yang telah dilakukan kita akan membangun setidaknya 24 unit sanggar anak di lokasi pengungsian di wilayah Kabupaten Sleman dan Magelang. Untuk sementara program CFS ini dipersiapkan untuk kegiatan selama satu bulan ke depan, ujar Nono.

Dia menjelaskan, pendirian CFS ini sangat penting karena berdasarkan pengamatan di lapangan banyak sekolah-sekolah tutup sehingga mempengaruhi kegiatan harian anak-anak.

"Kita akan upayakan agar anak-anak bisa kembali kesekolah meskipun kegiatan tersebut dilakukan di sekolah-sekolah tenda," ucapnya.
(T.H-CS/F002/P003)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2010