Jakarta (ANTARA News) - Barack Obama melewatkan masa kecilnya di Indonesia selama empat tahun, 1967-1971, tapi rasa kepemilikan dan antusiasme yang ditunjukkan oleh sejumlah pihak di Indonesia pada kedatangan presiden Amerika Serikat keturunan Kenya itu boleh terbilang luar biasa.

Bukan rahasia memang jika sejak Obama disahkan sebagai presiden ke-44 Amerika Serikat setelah mengalahkan pesaingnya di Partai Demokrat Hillary Clinton dan kandidat kuat Partai Republik John McCain, popularitas Obama melambung pesat di Indonesia sehingga tidak sedikit pihak yang berharap bahwa Obama tak melupakan Menteng, Jakarta Pusat.

Apalagi dalam buku otobiografinya, "Dreams From My Father", Obama menuturkan bahwa salah satu hal yang mengubah semua visinya mengenai AS dan dunia, adalah kehidupan masa kecilnya di Indonesia.

"Tinggal di Indonesia menanamkan pemahaman abadi dalam pemikiran saya selama masa-masa pembentukan jati diri," kata Obama.

Obama mengaku kehidupan di Indonesia membuat mata hatinya terbuka mengenai ekstrimnya jurang antara kemiskinan dan kemakmuran di dunia, yang belakangan berdampak pada kehidupan politik orang awam.

Oleh karena itu wajar jika kemudian muncul patung Obama kecil, film khusus bertajuk "Obama Anak Menteng" atau persiapan khusus untuk menghadirkan makanan khas Indonesia, "nasi goreng dan bakso" yang diklaim sebagai makanan favorit Obama kecil menjelang kedatangan Obama.

Ketika akhirnya di penghujung tahun ini Gedung Putih berhasil memasukkan Indonesia dalam agenda lawatan sepuluh hari Obama ke Asia --setelah dua rencana lawatan tahun lalu dibatalkan-- maka tidak sedikit orang di Indonesia yang bersorak. Sungguh-sungguh berpikir bahwa "Barry kecil" akhirnya pulang ke kampung yang pernah didiaminya selama empat tahun.

Romantisme masa lalu itu memang tak terhindarkan. Belum lagi kesibukan media massa mengusung tajuk "Obama Pulang Kampung".

Sayangnya Obama tak sungguh-sungguh "pulang kampung" besok, 9-10 November. Kunjungannya ke Indonesia pun kabarnya kurang dari 24 jam, paling singkat dibandingkan lawatannya ke India, Korea Selatan atau Jepang.

Dalam kunjungan kenegaraan pertamanya ke Indonesia itu agenda Obama dipadati dengan sejumlah pertemuan dwipihak di Istana Presiden, jamuan santap malam kenegaraan, meletakkan karangan bunga di Taman Makam Pahlawan Kalibata, pidato di Universitas Indonesia dan kunjungan ke Masjid Istiqlal.

Menilik dari detail sementara agenda Obama maka tampak bahwa lawatan kali ini bersifat resmi bukan nostalgia sebagaimana rencana tahun lalu, yang menyebutkan bahwa Obama ingin membawa serta istrinya, Michelle Obama dan dua anaknya, Sasha dan Malia, untuk mengenal Indonesia lebih jauh.

Dan ketika seorang presiden Amerika Serikat melakukan kunjungan kenegaraan maka pertanyaan utamanya adalah apa manfaat yang diperoleh oleh Indonesia --mengingat tidak semua negara "beruntung" disinggahi pemimpin negara adidaya tersebut-- dari lawatan yang menghebohkan itu, bila menilik dari pengamanan yang perlu melibatkan empat Polda di Indonesia, Polda Metro Jaya, Polda Banten, Polda Jawa Barat dan Polda Jawa Tengah.

Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana mengatakan ada dua kategori manfaat yang dapat dipetik dari kunjungan Obama itu.

"Manfaat praktis saat Indonesia menghadap bencana dan manfaat hubungan kedua negara," katanya melalui pesan singkat kepada ANTARA.

Menurut dia, untuk manfaat praktis, Indonesia dapat mengapitalisasi kedatangan Obama bahwa pembatalan penerbangan internasional oleh beberapa perusahaan ke Indonesia dengan alasan abu vulkanik dari letusan Gunung Merapi tidak berdasar.

Kedua, terkait dengan manfaat hubungan kedua negara. Menurut dia, Indonesia dapat menyampaikan kepentingannya sebagai negara berkembang yang demokratis dengan penduduk mayoritas Islam dalam percaturan dunia.

Selain itu, menurut dia, Obama dapat menyerukan agar pelaku usaha asal AS yang melakukan eksploitasi sumber daya alam Indonesia untuk bisa lebih bertanggung jawab memberi kontribusi bagi Indonesia, khususnya penduduk sekitar tambang.

Kemitraan Komprehensif
Sementara itu mengenai substansi kunjungan itu, Dubes RI untuk AS Dino Patti Djalal mengatakan kedatangan Presiden Obama nanti pada intinya akan dimanfaatkan sebagai gong terbentuknya Kemitraan Komprehensif antara Indonesia dan Amerika Serikat.

Konsep kemitraan komprehensif itu diluncurkan saat Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton melakukan kunjungan ke Jakarta pada Februari tahun lalu.

Konsep tersebut sudah mulai berjalan dan pada September ketika Menlu Hillary Clinton serta Menlu Marty Natalegawa di Washington, DC, meluncurkan Komisi Bersama Indonesia-AS untuk menjalankan Kemitraan komprehensif.

Komisi Bersama tersebut diikuti dengan dibentuknya Rencana Aksi Kemitraan AS-Indonesia, yang mencakup kerja sama kedua negara di bidang antara lain antara lain keamanan, pemerintahan, pendidikan, energi, perdagangan dan investasi, serta lingkungan hidup.

Dino mengatakan hal-hal teknis yang menjadi bagian dari kemitraan komprehensif antara Indonesia dan Amerika Serikat itu akan dideklarasikan dalam kunjungan kenegaraan Obama ke Indonesia.

Namun menurut dia, salah satu pokok dari kemitraan komprehensif itu adalah kesetaraan. Kedua pihak tidak akan memaksakan untuk memasukkan bidang-bidang tertentu dalam daftar kerjasama. Dalam kemitraan komprehensif, kedua negara negara bebas memilih bidang kerjasama yang akan kita dimajukan.

"`key word` (kata kunci-red) dari kemitraan komprehensif ini adalah kemitraan yang sejajar," katanya.

Selain meresmikan kemitraan komprehensif, menurut mantan juru bicara presiden itu, dalam kunjungan tersebut, Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat juga akan membahas kerja sama di bidang vulkanologi.

Menurut Dino, badan geologi AS, "United States Geological Survey" (USGS) akan mengirimkan sejumlah peneliti ke Indonesia. Mereka akan bekerjasama dengan para peneliti tanah air untuk meneliti fenomena gunung api di Indonesia.

Dino menegaskan, kerja sama kedua negara dalam bidang vulkanologi itu dilatarbelakangi oleh bencana letusan Gunung Merapi yang telah merenggut korban di Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Sementara itu Staf Khusus Presiden bidang Hubungan Luar Negeri Teuku Faizasyah menilai bahwa hubungan RI-AS dalam hampir setengah dekade ini menunjukkan arah penguatan yang cukup signifikan, diwarnai antara lain dengan pengakuan AS terhadap demokratisasi yang telah berjalan sangat baik di Indonesia, proses reformasi, pluralisme dan penghormatan atas pluralisme ini, dan keberhasilan Indonesia dalam memerangi terorisme.

Ia menyebutkan mengenai topik perdagangan dan investasi yang akan menjadi salah satu perhatian penting dalam kunjungan Presiden Obama ke Indonesia.

Terkait hal itu, Indonesia melalui Kementerian Perindustrian menargetkan investasi perusahaan AS di Indonesia menembus angka 1 miliar dolar AS dalam beberapa tahun mendatang, seiring kedatangan Presiden Obama.

"Investasi AS di Indonesia masih kecil dibanding dengan negara-negara Asia lainnya, seperti Jepang dan Korea. Saya harap bisa meningkat dengan kedatangan Obama," kata Menteri Perindustrian MS Hidayat. Menurut dia, pemerintah mengarahkan perusahaan AS berinvestasi di sektor alat berat dan permesinan.

Realisasi investasi AS di Indonesia cenderung meningkat dari tahun 2007-2009. Pada tahun 2009 realisasi investasi AS sebesar 171,5 juta dolar AS, tahun 2008 sebesar 151,3 juta dolar AS serta tahun 2007 sebesar 144,7 juta dolar AS.

Pada triwulan I tahun 2010, AS menduduki peringkat ke-3 dalam realisasi PMA berdasarkan laporan kegiatan penanaman modal menurut asal negara, setelah Singapura dan Mauritius.

Sementara itu tahun 2006-2008 volume perdagangan bilateral RI-AS terus meningkat, dari 15,3 miliar dolar AS (2006) menjadi 16,4 miliar dolar AS (2007) dan selanjutnya 20,9 miliar dolar AS (2008).

Tahun 2009 volume perdagangan kedua negara sebesar 17,93 miliar dolar AS. Penurunan yang mencapai hampir 3 miliar dolar AS itu diakibatkan antara lain karena memburuknya perekonomian dunia pada umumnya dan AS pada khususnya.

Untuk tahun 2010, pada periode Januari-Juli 2010, nilai perdagangan Indonesia-Amerika Serikat mencapai 13,36 miliar dolar AS, meningkat 38 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2009 yang sebesar 9,67 miliar dolar AS.

Singkatnya waktu lawatan Obama ke Indonesia kali ini mungkin tidak memuaskan seluruh pihak. Apalagi bagi pihak-pihak yang secara khusus ingin berbagi kenangan lama dengan "bocah Menteng" itu namun mengingat Indonesia adalah tuan rumah pertemuan puncak ke-6 Forum Asia Timur pada 2011, yang salah satu anggotanya adalah Amerika Serikat. Mungkin tahun depan Obama dapat sungguh "pulang kampung" dan menyapa para pendukungnya di Indonesia.
(G003/H-KWR)

Oleh Gusti Nc Aryani
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2010