Jakarta (ANTARA) - Pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menilai pandemi COVID-19 yang masih berlangsung berdampak pada ketidakpastian pada sektor pertanian Indonesia.

Khudori saat dihubungi di Jakarta, Jumat, mengatakan faktor tersulit dalam memproyeksikan pertumbuhan ekonomi ke depan termasuk di sektor pertanian adalah sampai kapan pandemi berlangsung dan sejauh mana tingkat keparahannya mempengaruhi kehidupan sosial dan perekonomian.

Dia berpendapat pertumbuhan sektor pertanian di triwulan II 2021 yang hanya sebesar 0,38 persen secara year to year (yoy) atau paling rendah dibandingkan dengan sektor lainnya bisa diinterpretasikan bermacam-macam.

"Pertumbuhan sektor pertanian di kuartal II 2021 yang lebih rendah dari pertumbuhan nasional, juga tidak mudah menginterpretasikannya. Bukankah produksi aneka pangan relatif tidak terganggu alias baik? Pasar memang belum sepenuhnya pulih. Tapi bukankah pada kuartal kedua ada Ramadan dan Idul Fitri? Apakah ini tidak ngefek terhadap konsumsi? Atau jangan-jangan pandemi memang sudah menyerang hingga pelosok-pelosok desa?" kata Khudori.

Menurut Khudori, pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan II 2021 berbeda dengan saat awal pandemi. Menurutnya kondisi pandemi COVID-19 dengan adanya mutasi virus, khususnya varian Delta yang cepat menyebar membuat kondisi berbeda dengan tahun 2020.

Berdasarkan data BPS, pertumbuhan PDB menurut lapangan usaha di triwulan II 2021 di sektor pertanian masih tumbuh 14,27 persen. Nilai Tukar Petani (NTP) selama pandemi COVID-19 juga terus mengalami peningkatan, dari 99,47 pada Mei 2020 yang merupakan nilai terendah pada tahun lalu, menjadi 103,59 pada Juni 2021. Jika dibandingkan dengan bulan lalu NTP naik 0,19 persen dari bulan Mei 2021 sebesar 103,39.

Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) pada Juni 2021 sebesar 103,88 atau turun 0,16 persen dibandingkan Mei 2021 sebesar 104,4. Kendati demikian NTUP terus meningkat semenjak di level terendahnya selama pandemi yaitu 100,16 pada Mei 2020.

Sepanjang tahun 2020 nilai ekspor pertanian sebesar Rp451,77 triliun atau naik 15,79 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara pada triwulan I 2021 ekspor pertanian sebesar Rp277,95 triliun atau naik 40,29 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Baca juga: Kementan siapkan pelatihan-pendanaan untuk regenerasi petani
Baca juga: BPK berikan sejumlah catatan pada laporan keuangan Kementan 2020
Baca juga: Penyaluran kredit pertanian BRI tembus Rp117,54 triliun

 

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Biqwanto Situmorang
COPYRIGHT © ANTARA 2021