Jakarta (ANTARA News) - Program pemerintah untuk memberikan "trauma healing" (penyembuhan dari rasa traumatik) bagi para pengungsi yang terkena dampak letusan Gunung Merapi alam dimulai Senin, 15 November 2010.

"Program trauma healing akan kita lakukan mulai Senin depan," kata Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari Gumelar usai acara "Seminar dan Talkshow tentang Pengenalan dan Deteksi Dini Kanker Payudara Untuk Masyarakat Umum" di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, penyelenggaraan program trauma healing merupakan salah satu tindak lanjut dari instruksi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Linda menjelaskan, program trauma healing tersebut diharapkan dapat menghilangkan trauma warga yang terkena dampak letusan Gunung Merapi dan mengembalikan semangat mereka khususnya bagi perempuan dan anak-anak.

Dia juga menambahkan, anak-anak dan perempuan merupakan kelompok yang paling rentan yang sangat membutuhkan penghilang trauma.

"Rasa trauma yang membekas dari bencan alam akan berpengaruh negatif pada tumbuh kembang anak dan itu sangat kita hindari," katanya.

Untuk melaksanakan program trauma healing tersebut pemerintah melalui Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak akan bekerjasama dengan badan PBB Unicef.

"Kita akan bekerja sama dengan badan PBB Unicef serta badan perberdayaan perempuan dan perlindungan anak yang ada di daerah," katanya.

Menteri juga terus melakukan koordinasi dengan sejumlah pihak agar anak-anak dan perempuan korban bencana alam yang berada di pengungsian terpenuhi segala kebutuhan dasarnya.

"Kami bekerja sama dengan pemerintah daerah, lembaga kemanusiaan dan juga dunia swasta untuk memenuhi kebutuhan dasar para pengungsi khususnya perempuan dan anak-anak,".

Sementara itu, selain meluncurkan program trauma healing di Merapi, pemerintah juga telah terlebih dahulu melakukannya di Wasior serta akan membuat program serupa di Mentawai.

"Untuk program trauma healing di Mentawai akan dilakukan dalam waktu dekat ini, kami masih melakukan koordinasi lebih lanjut," katanya.
(ANT/A024)

Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2010