Jakarta (ANTARA) - Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Maksum Machfoedz menyebut bahwa Kartu Prakerja dapat menjadi program terobosan untuk membangun perekonomian masa depan Indonesia lebih baik.

"Program Kartu Prakerja merupakan rancangan yang luar biasa dan menjadi impian utama kita selama ini. Negara sangat membutuhkan sistem seperti ini di tengah fakta bahwa tak mudah bagi pemerintah untuk membentuk kesempatan kerja dalam sistem formal untuk masyarakat luas," kata Maksum Machfoedz melalui siaran pers yang diterima ANTARA di Jakarta, Minggu.

Senada Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari mengatakan angkatan kerja harus beradaptasi dengan meningkatkan keterampilan diri mengingat tuntutan profesi yang semakin dinamis.

"Dengan tuntutan profesi makin dinamis, kita harus beradaptasi dengan meningkatkan keterampilan diri," kata Denni.

Baca juga: Survei CSIS: 96,8 persen responden puas dengan Program Kartu Prakerja
Baca juga: Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 18 segera dibuka, ini caranya


Ia mengatakan, dari 135 juta jumlah angkatan kerja di Indonesia, 90 persen di antaranya tercatat belum pernah mengikuti pelatihan bersertifikat. "Demikian pula profil 7 juta jumlah pengangguran kita, 91 persen di antaranya belum pernah mengikuti pelatihan bersertifikat," paparnya.

Pemerintah tidak bisa sendiri dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia, tetapi harus bergerak bersama masyarakat termasuk individu per individu.

"Sayangnya baik perusahaan maupun pekerja kita cenderung tidak peduli dengan skilling, upskilling dan reskilling sebagai upaya peningkatan kualitas angkatan kerja," katanya.

Baca juga: Pemerintah tambah dana Kartu Prakerja Rp10 triliun jadi Rp30 triliun
Baca juga: Kemenko: Penerima kartu prakerja semester I 2021 capai 2,81 juta orang


Berdasarkan riset Bank Dunia, tercatat para pekerja menempatkan pelatihan peningkatan skill dalam peringkat paling buncit pada prioritas pengeluaran pribadinya.

Begitu pula dari sisi manajemen. Perusahaan juga sangat sedikit menganggarkan dana untuk pelatihan bagi pengembangan kemampuan karyawannya.

"Dari sisi perusahaan, budget pendidikan dan pelatihan untuk pekerja ada di prioritas ke 6 dari 10. Jadi, memang dari kedua belah pihak ada isu rendahnya kemauan pengembangan diri SDM," tutur dia.

Dari pemetaan kondisi angkatan kerja Indonesia, diketahui demografi penganggur saat ini mayoritas pada tiga status, yakni usia yang makin muda, makin berpendidikan dan makin ke perkotaan.

Denni menyebut program Kartu Prakerja menargetkan bukan hanya pengangguran, tapi juga angkatan kerja secara keseluruhan.

"Karena baik penganggur maupun pekerja semuanya butuh beradaptasi meningkatkan keterampilan diri," tegasnya.

Baca juga: Menko Airlangga: Omnibus Law upaya pemerintah sediakan lapangan kerja
Baca juga: Program kartu prakerja kurangi dampak kesehatan mental akibat pandemi

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Budhi Santoso
COPYRIGHT © ANTARA 2021