Lumajang (ANTARA News) - Meningkatnya aktivitas Gunung Semeru di Jawa Timur belakangan ini ditandai munculnya lidah lava, berbeda dari sebelumnya yang mengeluarkan gempa letusan disertai abu vulkanik, apakah karakter letusannya berubah?

Karakter Gunung Semeru kini mulai berubah, kata Kepala Bidang Pengamatan Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) M Hendrasto di Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Semeru di Gunung Sawur, Lumajang, Jatim, Kamis.

"Terjadi gempa harmonik, sehingga kubah lava turun ke jalur pembukaan yang mengarah ke tenggara, tepatnya di Sungai Besuk Bang, Besuk Kembar dan Kobokan," katanya menjelaskan aktivitas Semeru.

Guguran awan panas Semeru sepanjang 4 kilometer yang terjadi pada Kamis (4/11) pekan lalu bukan berasal dari kawah Jonggring Saloko, namun merupakan guguran lidah lava yang berada 100 meter dari puncak Semeru yang longsor.

"Karakter Gunung Semeru berbeda dengan Gunung Merapi, kemungkinan kecil terjadi ledakan dahsyat seperti Merapi karena kubah Semeru sudah terbuka," terangnya.

Di Jawa Timur sekarang ada dua gunung yang berstatus waspada atau level II, yakni Semeru dan Gunung Bromo.

Gunung Semeru berketinggian 3.673 meter dari permukaan laut (mdpl) dan Gunung Bromo 2.392 mdpl.

Gunung Bromo, lanjut dia, PVMBG mencatat gempa vulkanik Gunung Bromo mulai muncul sejak Senin (8/11) dan mengeluarkan letusan abu berjarak satu kilometer yang berbahaya.

"Saya minta TNBTS memasang papan larangan kepada wisatawan untuk tidak mendekati kawah sepanjang satu kilometer di lokasi objek wisata Gunung Bromo itu," tuturnya menjelaskan.

Ia mengimbau masyarakat tidak percaya dengan pernyataan sejumlah pihak yang meresahkan terkait dengan aktivitas gunung api karena PVMBG melakukan pemantauan aktivitas seluruh gunung api di Indonesia.

Sementara gunung api lainnya di Jatim yakni Gunung Kelud di kediri, Gunung Lamongan di Kabupaten Lumajang, Gunung Raung di Bondowoso, Gunung Welirang di Pasuruan, serta Gunung Ijen di Banyuwangi, dalam status aktif normal.

(ANT-070/I007/S026)

Pewarta: NON
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2010