Depok (ANTARA News) - Penulis novel "Sang Pencerah", Akmal Nasery Basral, akan kembali menerbitkan buku novelis tokoh pejuang nasional, Syafruddin Prawiranegara.

"Saya akan luncurkan buku tersebut pada Januari 2011, bertepatan dengan 100 tahun Syafruddin Prawiranegara," kata Akmal Nasery Basral, usai acara bedah buku "Sang Pencerah" di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI), di Depok, Kamis.

Menurut dia, proses pembuatan buku tersebut telah melalui berbagai tahapan misalnya wawancara dengan pihak keluarga terhadap tokoh yang sepertinya dilupakan sejarah tersebut.

"Pihak keluarga menyambut baik penulisan buku novelis tersebut," ujarnya.

Selain itu juga melakukan penelitian, dan juga wawancara dengan berbagai pihak yang mengenal dekat tokoh tersebut. "Saya menulisnya dengan gaya novelis, bukan seperti buku sejarah, sehingga diharapkan dapat lebih menarik," katanya.

Akmal mengatakan yang belum dikunjungi adalah tempat deklarasi Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang berada di tepi danau di Sumatra Barat. "Ini penting. Saya akan segera mengunjungi tempat tersebut," katanya.

Syafruddin, kata Akmal, merupakan tokoh yang layak dianugerahi sebagai pahlawan nasional, karena berdasarkan bukti sejarah beliau memang pantas mendapatkan gelar pahlawan nasional tersebut.

"Buku ini akan mengungkapkan bagaimana ia berjuang bagi negaranya," ujarnya.

Dikatakannya dengan adanya PDRI, eksistensi Indonesia tetap diakui oleh dunia internasional. "Seharusnya dia juga merupakan pemimpin bangsa Indonesia kedua setelah Soekarno," ujarnya.

Akmal mengatakan jejak sejarah Syafruddin seperti dilupakan, sehingga perlu dibuat buku yang menceritakan segala perjuangannya demi tegaknya negara Indonesia.

Pemerintah Darurat Republik Indonesia dijuluki "penyelamat Republik", yang membuat pemerintahan Republik Indonesia masih tetap eksis meskipun para pemimpin Indonesia seperti Soekarno-Hatta telah ditangkap Belanda di Yogyakarta.

Sjafruddin Prawiranegara menjadi Ketua PDRI dan kabinetnya yang terdiri dari beberapa orang menteri. Meskipun istilah yang digunakan waktu itu "ketua", namun kedudukannya sama dengan presiden.

Atas usaha Pemerintah Darurat, Belanda terpaksa berunding dengan Indonesia. Perjanjian Roem-Royen mengakhiri upaya Belanda, dan akhirnya Soekarno dan kawan-kawan dibebaskan dan kembali ke Yogyakarta.

Pada 13 Juli 1949, diadakan sidang antara PDRI dengan Presiden Sukarno, Wakil Presiden Hatta serta sejumlah menteri kedua kabinet. Serah terima pengembalian mandat dari PDRI secara resmi terjadi pada tanggal 14 Juli 1949 di Jakarta.

Syafrudin Prawiranegara pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri, Menteri Keuangan, dan Menteri Kemakmuran. Ia menjabat sebagai Wakil Menteri Keuangan pada tahun 1946, Menteri Keuangan yang pertama kali pada tahun 1946 dan Menteri Kemakmuran pada tahun 1947.

Pada saat menjabat sebagai Menteri Kemakmuran inilah terjadi Agresi Militer II dan menyebabkan terbentuknya PDRI.
(F006/B010)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2010