Kabul (ANTARA News/AFP) - Seorang pembom bunuh diri melakukan serangan terhadap pasukan asing di Kabul, Jumat, namun ledakan terjadi sebelum waktunya dan hanya melukai ringan seorang prajurit Afghanistan, kata ISAF dan polisi.

Seorang juru bicara Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO mengatakan, ledakan itu terjadi di dekat Kamp Julien, yang terletak di reruntuhan bekas istana kerajaan Afghanistan di bagian barat kota itu.

"Menurut laporan-laporan awal, itu adalah IED (bom rakitan) yang dipasang di kendaraan," kata juru bicara itu.

Sebuah pernyataan yang dikeluarkan kemudian mengatakan, ledakan itu terjadi ketika konvoi pasukan sedang lewat.

Ratusan polisi dan prajurit berada di lokasi ledakan tersebut, juga sejumlah ambulan dan mobil pemadam kebakaran, dan tempat itu ditutup, kata seorang wartawan AFP.

Kepala kepolisian Kabul Mohammad Ayub Salangi mengatakan kepada wartawan, "Sekitar pukul 14.00 (pukul 16.30 WIB), seorang penyerang bom bunuh diri yang mengendarai mobil mendekati konvoi pasukan koalisi di dekat pangkalan Tentara Nasional Afghanistan di Kabul barat.

"Untungnya, bom itu meledak sebelum mencapai konvoi tersebut. Satu prajurit Tentara Nasional Afghanistan cedera ringan. Pasukan koalisi tidak cedera. Tim penyelidik berada di lokasi kejadian," katanya.

Jalan yang sama berada di lokasi serangan bom bunuh diri mematikan terhadap konvoi NATO pada Mei yang menewaskan 18 orang, yang mencakup lima prajurit AS, seorang prajurit Kanada dan 12 warga sipil, dalam serangan paling mematikan di ibukota Afghanistan tersebut dalam waktu lebih dari setahun.

Taliban mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu.

Para komandan NATO telah memperingatkan negara-negara Barat agar siap menghadapi jatuhnya korban karena mereka sedang melaksanakan strategi untuk mengakhiri perang lebih dari delapan tahun di negara itu.

Pasukan NATO dan Afghanistan saat ini terlibat dalam ofensif besar-besaran di sekitar Kandahar -- kota terbesar di wilayah selatan -- yang bertujuan menghalau gerilyawan dari daerah tersebut untuk membantu mengakhiri perang panjang Afghanistan.

Marinir AS memimpin 15.000 prajurit AS, NATO dan Afghanistan dalam Operasi Mushtarak yang bertujuan menumpas militan, yang diluncurkan menjelang fajar Sabtu (13/2) untuk membuka jalan agar pemerintah Afghanistan bisa mengendalikan lagi daerah Helmand penghasil opium.

Ofensif itu dikabarkan mendapat perlawanan sengit dari Taliban, yang melancarkan serangan-serangan dari balik tameng manusia dan memasang bom pada jalan, bangunan dan pohon.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO mencakup puluhan ribu prajurit yang berasal dari 43 negara, yang bertujuan memulihkan demokrasi, keamanan dan membangun kembali Afghanistan, namun kini masih berusaha memadamkan pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Sekitar 520 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2010