Mogadishu (ANTARA News/AFP) - Pemerintah Somalia yang didukung Barat mengklaim membantu pembebasan pasangan Inggris, Minggu, lebih dari setahun setelah mereka ditangkap oleh perompak.

Paul dan Rachel Chandler, yang dibebaskan oleh perompak pada Minggu, pergi dengan pesawat dari kota Adado menuju Mogadishu, dimana mereka disambut oleh pejabat tinggi pemerintah selama perhentian dalam perjalanan pulang ke tanah air mereka.

"Pemerintah dan rakyat Somalia senang mereka telah bebas," kata perdana menteri yang diangkat belum lama ini, Mohamed Abdullahi Mohamed, dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan kantor presiden.

"Pemerintah Federal Somalia melakukan segala upaya kemanusiaan yang bisa dilakukan untuk membawa kalian ke keluarga tercinta kalian, dan apa pun yang telah kalian alami, pada akhirnya kalian bebas dan kami senang," katanya.

Pasangan Chandler disambut di bandara oleh Mohamed, serta ketua parlemen dan pejabat tinggi lain, sebelum dibawa ke istana presiden dengan sebuah kendaraan lapis baja pasukan Uni Afrika.

Pemerintah Somalia hanya menguasai sejumlah daerah di Mogadishu dan hampir setiap hari memerangi gerilyawan yang diilhami Al-Qaeda.

Presiden Sharif Sheikh Ahmed, yang berada di luar Somalia untuk menunaikan ibadah haji di Mekkah, Arab Saudi, juga menyatakan puas atas pembebasan pasangan Chandler.

Menurut beberapa sesepuh dan sumber yang mengetahui negosiasi, sedikitnya 750.000 dolar dibayar bagi pembeasan Chandler.

Perompak menculik sekitar 100 orang awak dan penumpang dari kapal-kapal yang dibajak dalam waktu kurang dari sebulan dan kini ada sedikitnya 438 pelaut dan 20 kapal yang ditahan oleh mereka, menurut data Organisasi Maritim Internasional.

Perompak yang beroperasi di lepas pantai Somalia meningkatkan serangan pembajakan terhadap kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden meski angkatan laut asing digelar di lepas pantai negara Tanduk Afrika itu sejak 2008.

Kapal-kapal perang asing berhasil menggagalkan sejumlah pembajakan dan menangkap puluhan perompak, namun serangan masih terus berlangsung.

Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun 2008 saja.

Angka tidak resmi menunjukkan 2009 sebagai tahun paling banyak perompakan di Somalia, dengan lebih dari 200 serangan -- termasuk 68 pembajakan yang berhasil -- dan uang tebusan diyakini melampaui 50 juta dolar.

Perompak menyerang lebih dari 130 kapal dagang pada tahun itu, atau naik lebih dari 200 persen dari serangan tahun 2007, menurut Biro Maritim Internasional.

Kelompok-kelompok bajak laut Somalia, yang beroperasi di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Asia dan Eropa, memperoleh uang tebusan jutaan dolar dari pembajakan kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden.

Patroli angkatan laut multinasional di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Eropa dengan Asia melalui Teluk Aden yang ramai tampaknya hanya membuat geng-geng perompak memperluas operasi serangan mereka semakin jauh ke Lautan India.

Dewan Keamanan PBB telah menyetujui operasi penyerbuan di wilayah perairan Somalia untuk memerangi perompakan, namun kapal-kapal perang yang berpatroli di daerah itu tidak berbuat banyak, menurut Menteri Perikanan Puntland Ahmed Saed Ali Nur.

Pemerintah transisi lemah Somalia, yang saat ini menghadapi pemberontakan berdarah, tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.

Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2010