Jakarta (ANTARA) - Outlook Energi ASEAN ke-6 (the 6th ASEAN Energy Outlook/AEO6) dan Rencana Aksi ASEAN untuk Kerja Sama Energi (The ASEAN Plan of Action for Energy Cooperation/APAEC) 2016-2025 Tahap II mendukung pengembangan energi yang berkelanjutan di kawasan Asia Tenggara.

Menurut Direktur Eksekutif ASEAN Center for Energy (ACE) Dr Nuki Agya Utama, Outlook Energi ASEAN ke-6 memberi gambaran umum tentang situasi energi saat ini dengan beberapa kemungkinan skenario yang dibuat oleh beberapa pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan lainnya.

Outlook ini juga berisi tentang kemungkinan kondisi energi pada 2040 dan berbagai kemungkinan upaya untuk menjadikan kawasan ASEAN menjadi lebih tangguh di bidang energi, dan untuk memungkinkan keterjangkauan dan keberlanjutan energi.

 "Outlook ini menyajikan skenario perbandingan dasar, perencanaan energi saat ini, lebih banyak implementasi pada target energi baru terbarukan (EBT) dan efisiensi energi (EE), serta implementasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan nomor 7 (SDG7)", kata Nuki dalam Konferensi Pers secara virtual yang disaksikan dari Jakarta, Kamis.

Baca juga: Tiga PLTU milik PLN raih penghargaan ASEAN Coal Award 2021

AEO6 tersebut dikembangkan oleh ACE bekerja sama dengan Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) atas nama Kementerian Federal Jerman untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (BMZ), melalui Program Energi ASEAN-Jerman (ASEAN-German Energy Programme/AGEP) Tahap II, selain juga mendapat dukungan dari negara-negara anggota ASEAN.

AEO6 merupakan publikasi unggulan untuk menunjukkan minat negara-negara anggota ASEAN dalam memahami tren dan situasi energi saat ini. AEO6 juga mendukung pengembangan energi berkelanjutan di negara-negara anggota ASEAN.

Sementara itu, Penasihat Kerja Sama Pengembangan, Kedutaan Jerman - ASEAN, Oliver Hoppe, menilai bahwa AEO6 merupakan wujud kerja sama yang nyata dari berbagai pakar energi di kawasan tersebut.

“Publikasi yang sangat relevan ini merupakan hasil penelitian dan pengembangan bersama yang luar biasa oleh berbagai pakar energi yang disegani di kawasan ini. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada ASEAN Centre for Energy (ACE), Negara-negara Anggota ASEAN, serta Stockholm Environment Institute (SEI), atas kerja sama mereka yang bermanfaat dan luar biasa ini,” kata Oliver.

Baca juga: Di forum ASEAN, Menteri Arifin: Perlu teknologi energi yang terjangkau

AEO6 tersebut mencerminkan keinginan negara-negara anggota ASEAN untuk mempelajari situasi energi saat ini dan mengeksplorasi berbagai peluang dan kemungkinan di masa mendatang. Outlook tersebut juga mengkaji cara bagaimana kawasan tersebut dapat memenuhi pertumbuhan ekonomi dan kebutuhan energi penduduknya hingga Tahun 2040, termasuk berbagai cara di masa mendatang dan implikasinya terhadap ketahanan energi, pembangunan sosial-ekonomi, dan lingkungan.

Edisi ke-6 AEO6 dinilai istimewa karena melengkapi strategi APAEC 2016–2025 Fase II: 2021–2025, yang diluncurkan dalam Pertemuan tingkat Menteri Energi ASEAN ke-38 (AMEM) pada November 2020.

Selain itu, temuan dalam Outlook tersebut juga dinilai dapat memberikan kontribusi terhadap rencana aksi nyata yang diupayakan oleh berbagai Badan Energi Khusus ASEAN (SEB) dan Jaringan Sub-Sektor (SSN) di Area Program masing-masing di bawah APAEC.

Sementara itu, APAEC Tahap II: 2021-2025 menetapkan tujuan dan inisiatif ambisius untuk meningkatkan ketahanan dan keberlanjutan energi, dengan tujuh strategi kunci yang meliputi upaya negara-negara anggota ASEAN untuk meningkatkan pembangunan ASEAN Power Grid (APG) guna memperluas perdagangan listrik multilateral di kawasan regional, memperkuat ketahanan dan modernisasi jaringan, serta mempromosikan integrasi energi bersih dan terbarukan.

Baca juga: Indonesia raih penghargaan ASEAN Energy Awards 2020

Kemudian, di sektor gas, negara-negara ASEAN akan berupaya mengembangkan pasar gas bersama untuk kawasan ASEAN dengan meningkatkan konektivitas dan aksesibilitas gas dan gas alam cair.

Dalam upaya mempercepat transisi dan keberlanjutan energi, negara-negara anggota ASEAN juga akan mengoptimalkan peran Clean Coal Technology (CCT) dalam memfasilitasi transisi menuju pembangunan yang berkelanjutan dan rendah emisi.

Pada upaya efisiensi dan konservasi energi (EE&C), negara-negara anggota ASEAN berupaya mengurangi intensitas energi sebesar 32 persen pada 2025 berdasarkan tingkatnya pada 2005 dan mendorong upaya efisiensi dan konservasi energi lebih lanjut, terutama di sektor transportasi dan industri.

Di bidang energi terbarukan (RE), negara-negara anggota ASEAN ingin mencapai target yang diharapkan untuk meningkatkan komponen energi terbarukan menjadi 23 persen pada 2025 dalam bauran energi ASEAN, termasuk melalui peningkatan pangsa energi baru terbarukan (EBT) dalam kapasitas daya terpasang menjadi 35 persen pada 2025.

Sementara itu, di bawah Kebijakan dan Perencanaan Energi Regional (REPP), negara-negara anggota ASEAN akan berupaya mendorong kebijakan dan perencanaan energi untuk mempercepat transisi dan ketahanan energi di kawasan tersebut, selain upaya di sektor energi nuklir sipil untuk membangun kemampuan SDM di bidang ilmu dan teknologi nuklir untuk pembangkit listrik.

Baca juga: Emisi karbon ketenagalistrikan di Indonesia terendah se-ASEAN

Pewarta: Katriana
Editor: Mulyo Sunyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2021