Klaten (ANTARA News) - Seorang korban erupsi Gunung Merapi asal Desa Bumimartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Waginem, harus mendapatkan amputasi akibat luka bakar parah di kedua kakinya di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Soeradji Tirtonegoro, Klaten, Jawa Tengah.

"Keputusan melakukan amputasi pada pasien harus dikarenakan kedua kaki korban telah membusuk setelah terbakar debu vulkanik Merapi," kata petugas dokter di ruang isolasi perawatan korban Merapi RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro, Aryo Nindito, Jumat.

Waginem mengalami luka bakar 25 persen di bagian kaki dan punggung akibat erupsi besar Merapi pada Jumat (5/11) dini hari lalu.

Setelah mendapatkan perawatan selama lebih dari sepekan, Aryo mengatakan, luka bakar pasien tidak kunjung membaik sehingga amputasi menjadi alternatif untuk menyembuhkan Waginem.

Amputasi atau penghilangan ujung anggota tubuh Waginem, lanjutnya, dilakukan pada 10 centimeter di bawah kedua lutut setelah jaringan tungkai bawah rusak karena terbakar.

Hingga saat ini, jelas Aryo, tim medis masih melakukan perawatan secara intensif pada wanita berusia 55 tahun tersebut di ruang isolasi combustio RSUP dengan memasang "pen" pada kaki pasien.

"Perawatan intensif terus dilakukan sembari menunggu masa penutupan jaringan sebagai tahap akhir proses amputasi kaki tersebut," lanjutnya.

Saat ini, urainya, jaringan di kedua kaki korban yang baru saja diamputasi belum layak ditanam jaringan baru.

Namun, kata Aryo, secara umum kondisi fisik Waginem dalam keadaan stabil dan terus membaik setiap harinya.

"Tim dokter berupaya mengondisikan fisik dan psikis pasien pascaamputasi sambil mengantisipasi kemungkinan infeksi yang masih mengancamnya," kata Aryo.

Hingga Jumat siang, RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten masih merawat sembilan pasien yang menderita luka bakar atau combustio.

Salah seorang korban yang sempat dirawat, Karso Inangun (80), warga Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Klaten, akhirnya meninggal dunia pada Minggu (7/11) akibat luka bakar 80 persen yang dideritanya.
(ANT/P003)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2010