Liwa, Lampung Barat (ANTARA News) - Akibat getaran gempa 5,1 skala richter (SR) yang terjadi di Provinsi Bengkulu, membuat sebagian besar masyarakat Pesisir Lampung Barat menjauh dari pantai.

"Saat terjadi getaran gempa, sebagian besar masyarakat yang tinggal di bibir pantai lari keluar rumah dan mejauh dari bibir pantai, masyarakat takut, gempa tersebut dapat berpotensi stunami," kata masyarakat Kuala Stabas, Kecamatan Pesisir Tengah, Lampung Barat, Mulyono (39), sekitar 320 Km dari Bandarlampung, di Kuala Stabas Minggu.

Dia menjelaskan, getaran gempa tersebut membuat gelombang pesisir meningkat.

Menurut dia, getaran gempa tersebut membuat perabotan yang terbuat dari kaca terjatuh.

"Getaran gempa tersebut sangat kuat, sehingga perabotan saya bayak yang terjatuh, beruntung getaran tersebut tidak berlangsung lama, sehingga tidak merusak barang barang lain," kata dia.

Kemudian lanjut dia, gempa stunami menjadi momok bagi masyarakat Pesisir Lampung Barat.

"Sebagian besar rumah masyarakat tinggal di dekat bibir pantai, sehingga saat terjadi gempa, mereka sontak lari dari rumah dan menjauh dari pantai, mereka takut bencana stunami bisa saja terjadi," katanya.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menginformasikan terjadi gempa berkekuatan 5,1 skala Richter (SR), Selasa pukul 04.24 WIB dengan pusat 73 kilometer Barat Daya Bintuhan Bengkulu, Bengkulu.

Gempa yang berlokasi di 5,05 Lintang Selata 102,79 Bujur Timur dengan kedalaman 53 kilometer dinyatakan tidak berpotensi tsunami.

Pusat gempa juga berada pada 127 kilometer barat laut Krui Lampung, 145 barat daya Liwa-Lampung, 154 kilometer tenggara Bengkulu-Bengkulu, 464 Kilometer barat laut Jakarta-Indonesia.

Getaran gempa tersebut membuat masyarakat Pesisir Lampung Barat berhamburan keluar rumah, mereka takut gempa besar tersebut dapat menimbulkan gelombang stunami.

Daerah yang potensial terjadinya bencana stunami menjadi kecemasan bagi sebagian masyarakat, pasalnya di daerah ini terdapat pemukiman masyarakat cukup padat, yang berada di dekat bibir pantai.

Kesiagaan bencana perlu di tingkatkan masyarakat, pasalnya daerah yang potensial terjadi gempa stunami berada di daerah pesisir, selain itu pemerintah setempat, dapat memberikan simulasi bencana dan jalur evakuasi kepada seluruh masyarakat, sehingga saat bencana tersebut benar benar terjadi, maka korban jiwa tidak berjatuhan.

Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) Lampung menyatakan enam kecamatan di Kabupaten Lampung Barat rawan bencana tsunami dan gempa bumi, sehingga perlu mendapat perhatian khusus.

Enam kecamatan yang rawan tersebut adalah sebagian wilayah Pesisir Utara, Karya Penggawa, Belalau, Suoh, Batubrak, dan Bengkunat.

Selain itu, ada juga beberapa kecamatan yang dikategorikan sebagai wilayah rawan bencana gempa bumi, yaitu beberapa titik di daerah Lemong, Sekincau, Sumberjaya, Way Tenong, Balikbukit, dan Sukau.

Menurut penuturan masyarakat sekitar, akibat getaran gempa tersebut, sebagian besar perabotan masyarkat begetar kencang, bahkan terjatuh.

Selain itu, akibat gempa tersebut, gelombang perairan Pesisir Lampung Barat mengalami peningkatan, diperkirakan mencapai tiga hingga empat meter.

Sebelumnya Plt Sekertaris Daerah Lampung Barat, Nirlan mengatakan, masyarakat Pesisir Lampung Barat dapat waspada bahaya gempa stunami.

"Berkali kali kami terus mengingatkan masyarakat untuk waspada akan bencana gempa dan stunami, yang mana daerah ini rentan terhadap bencana tersebut," kata dia.

Dia menjelaskan, saat terjadi gempa besar, masyarakat dapat keluar rumah dan menjauh dari bibir pantai.

Menurut Nirlan, kewaspadaan terhadap bencana dapat menekan jatuhnya korban jiwa.

"Koordinasi yang baik semua pihak, tentunya dapat memberikan dampak besar terhadap keselamatan masyarakat, selain itu dari kesiagaan bencana alam, mampu menekan jatuhnya korban jiwa, dan berharap masyarakat dapat siaga akan ancaman bencana ini," katanya.
(T.ANT-049/P003)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2010