Kuala Lumpur (ANTARA) - Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob memperkenalkan frasa keluarga Malaysia pada pidato pertamanya sebagai Perdana Menteri Malaysia ke sembilan yang disiarkan secara langsung melalui televisi dan sosial media, Ahad.

"Saya menyeru kepada seluruh anggota parlemen, baik yang ada di dalam atau luar pemerintah supaya menggembleng tenaga untuk memulihkan kembali keadaan negara," katanya.

Dia mengatakan dengan fikiran terbuka dan dada yang menerima memperkuat persamaan dengan tidak lagi menggali perbedaan serta perlu sepakat untuk menyelamatkan keluarga yaitu Keluarga Malaysia.

"Saya menggunakan pendekatan Keluarga Malaysia karena frasa ini sifatnya lebih inklusif. Ia melintasi batas agama, bangsa, dan suku. Di mana, kita menyadari perwujudan sesebuah keluarga yang berkawin dengan pelbagai bangsa dan agama, tetapi nilai kekeluargaan telah mengikat mereka semua," katanya.

Baca juga: Ismail Sabri dilantik sebagai Perdana Menteri Malaysia

Sebab itu, ujar dia, konsep Keluarga Malaysia diambil karena keutuhan negara terikat dengan nilai-nilai didikan sempurna dalam sebuah keluarga.

"Kita adalah sebagai satu keluarga tanpa melihat agama, bangsa dan suku. Setiap dari anda adalah seperti keluarga saya sendiri, anak muda, maupun yang telah berusia. Kita diibaratkan saling melengkapi, umpama anggota tubuh yang saling memerlukan," katanya.

Baca juga: Anwar Ibrahim serukan pendukungnya terima pelantikan PM Ismail Sabri

Pihaknya menyadari jerih payah, kesengsaraan, dan kepahitan hidup yang mencengkam semua dengan kehilangan mata pencarian, putus bekal makanan dan bukan sedikit yang telah kehilangan pekerjaan.

"Saya memahami keringat dan nilai sesuap nasi, karena saya lahir dan besar dalam keluarga anak petani yang susah. Oleh sebab itu, saya sangat menghayati kepayahan dan keperihan hidup rakyat pada masa negara sedang menghadapi krisis ekonomi yang disebabkan daripada wabah ini," katanya.


Baca juga: Ukraina evakuasi wartawan asing, aktivis, warga Afghanistan

Baca juga: NATO: 20 orang tewas saat evakuasi di bandara Kabul

Pewarta: Agus Setiawan
Editor: Fardah Assegaf
COPYRIGHT © ANTARA 2021