Kirkuk, Irak (ANTARA News/AFP) - Dua bom pinggir jalan yang ditujukan pada milisi penentang Al-Qaeda di Irak utara menewaskan tiga orang dan mencederai 22 lain, termasuk tujuh anggota milisi itu, Rabu, kata polisi.

Bom pertama ditujukan pada seorang pemimpin lokal milisi Sahwa, yang oleh militer AS dikenal sebagai "Putra Irak", di kota Sharqat di provinsi Salaheddin, sebelah utara Baghdad, sementara bom kedua meledak ketika massa berkumpul di lokasi itu.

"Bom pinggir jalan yang pertama menyerang konvoi yang membawa Abu Arkan al-Juburi, seorang pemimpin Sahwa di Sharqat," kata Kolonel Polisi Mijbil Hassan al-Juburi.

"Ia terluka, juga enam anggota lain Sahwa. Ketika orang-orang berkumpul untuk melihat apa yang terjadi, bom pinggir jalan yang kedua meledak. Tiga orang tewas, dan 15 lain cedera," tambahnya.

Milisi Sahwa, yang anggotanya direkrut oleh militer AS di kalangan suku Arab Sunni dan mantan gerilyawan, memainkan peranan penting dalam mengendalikan kekerasan sektarian yang menewaskan ribuan orang pada 2006-2007.

Pemboman Rabu itu merupakan serangan yang terakhir dari gelombang kekerasan yang meningkat lagi di Irak.

Senin, dua pria bersaudara yang beragama Kristen ditembak mati di bengkel kendaraan mereka di kota bergolak Mosul, Irak utara. Sehari sebelumnya, Minggu, sejumlah orang bersenjata membunuh seorang wartawan berita televisi di rumahnya, juga di Mosul.

Serangan-serangan itu terjadi hanya beberapa bulan setelah berakhirnya operasi tempur AS di Irak pada 31 Agustus.

Penarikan pasukan Amerika dilakukan bertepatan waktunya dengan meningkatnya serangan bom mobil dan penembakan yang ditujukan pada pasukan Irak yang mengambil alih tanggung jawab keamanan dari pasukan AS sejak 2009.

Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir, termasuk sejumlah besar polisi Irak, namun AS tetap melanjutkan penarikan pasukan dari negara itu.

Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarian berkobar mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiap bulan tahun ini, dan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei 2008.

Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran pada akhir Agustus, yang diumumkannya sebagai akhir dari misi tempur di Irak, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadi sekitar 50.000.

Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagi keberadaan kontroversial AS di Irak, lebih dari tujuh tahun setelah invasi untuk mendongkel Saddam.

Namun, pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irak dan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh dan Kirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militer AS di Irak.

Para pejabat AS dan Irak telah memperingatkan bahaya peningkatan serangan ketika negosiasi mengenai pembentukan pemerintah baru Irak tersendat-sendat, beberapa bulan setelah pemilihan umum parlemen di negara itu.

Jumlah warga sipil yang tewas dalam pemboman dan kekerasan lain pada Juli naik menjadi 396 dari 204 pada bulan sebelumnya, menurut data pemerintah Irak.

Sebanyak 284 orang -- 204 warga sipil, 50 polisi dan 30 prajurit -- tewas pada Juni, kata kementerian-kementerian kesehatan, pertahanan dan dalam negeri di Baghdad kepada AFP.

Menurut data pemerintah, 337 orang tewas dalam kekerasan pada Mei.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.

Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaeda kini tampaknya menantang prajurit dan polisi Irak ketika AS mengurangi jumlah pasukan menjadi 50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 pada puncaknya tiga tahun lalu. (M014/K004) 

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2010