Klub senam Estafet Indonesia yang diwakili Gregorius Agung Iswarabawa, Ita Yuniati, dan Naura Oryza Sativa meraih peringkat ketiga untuk kategori perseorangan pria dan kategori trio di kejuaraan itu.
"Karena kejuaraan ini merupakan try out menuju PON Papua 2021. Kita semua berharap dapat menampilkan yang terbaik di PON nanti," kata pelatih aerobik DKI Jakarta Fahmy Fachrezzy lewat keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Si kembar dari Rusia puncaki final senam ritmik Olimpiade
Dalam ajang itu, Agung meraih medali perunggu dengan catatan skor terbaik sepanjang sejarah di nomor perorangan aerobik Indonesia, yaitu dengan 20.450 poin.
Ia juga menjadi pesenam aerobik Indonesia yang bisa tampil final tiga kategori yaitu perorangan pria, berpasangan dan trio.
Pada nomor berpasangan, Agung dan Ita Yuniati berada di peringkat keempat dengan skor 19.500, lebih tinggi dari perolehan di kejuaraan dunia Baku, Azerbaijan dengan 19.200.
Sedangkan di nomor Trio, Agung Ita dan Naura Oryza Sativa meraih medali perunggu.
Untuk mengikuti kejuaraan tersebut, Fahmy menceritakan bahwa timnya melakukan persiapan selama dua bulan dan menilai pencapaian yang diraih anak asuhnya kali ini sangat baik.
Ia menuturkan, tujuan mengikuti ajang internasional itu adalah mencari evaluasi teknik dari para juri yang memiliki kualifikasi dunia (FIG Brevet) dari Rusia, Lithuania, Jerman, Azerbaijan, Turki, Hungaria, Swedia, Ceko dan Slovakia.
Saat ini kebanyakan atlet senam kelas juara dunia berasal dari negara-negara Eropa Timur seperti Rusia, Rumania, Hungaria, dan Bulgaria. Sedangkan atlet Italia, Azerbaijan dan Turki menjadi lawan serius. Sementara di Asia ada China, Jepang, Korea dan Vietnam yang selalu tampil stabil di berbagai kompetisi.
Baca juga: Simone Biles merasa perunggunya lebih berarti daripada emas
Menurut Fahmy, Indonesia sebetulnya terlambat, tapi tidak ada kata terlambat untuk sukses. Saat ini insan olahraga senam aerobik tanah air mulai berbenah dan sudah dalam pola yang benar dengan memiliki atlet potensial yang bisa mendukung rencana program.
"Sudah saatnya Indonesia berada di level top dunia, namun itu butuh proses perjuangan yang tidak mudah," Fahmy menuturkan.
Ia juga tak memungkiri aspek pembiayaan menjadi kendala untuk mengikuti Grand Prix dan ajang nomor satu di dunia.
"Kami kesulitan di situ (sponsor). Kalau soal program latihan dan perkembangan teknik kami sudah kurang lebih sama dengan klub-klub juara dunia. Semoga saja ada yang mau mendukung kami," pungkasnya.
Baca juga: Pemkab Jayapura targetkan 70 persen warga sekitar lokasi PON divaksin
Baca juga: Panpel: PON bentuk karakter atlet berkelas dunia
Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2021