Jakarta (ANTARA) - Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Habib Salim Segaf Al Jufri menilai Indonesia akan mencapai kemajuan jika semua elemen bangsa memiliki komitmen kebangsaan yang kuat, menjaga persatuan, dan kohesi nasional.

"Indonesia akan capai kemajuan jika kita memiliki komitmen kebangsaan yang kuat, jaga persatuan, jaga kohesi nasional di tengah masalah yang berkelindan dengan berbagai macam kepentingan," kata Salim Segaf di Jakarta, Jumat.

Hal itu dikatakan Salim Segaf dalam orasi kebangsaannya pada acara "Mimbar Demokrasi dan Kebangsaan" yang diselenggarakan Fraksi PKS DPR RI secara daring, Jumat.

Dia mengatakan, masyarakat harus belajar dari para pendiri bangsa terkait komitmen kebangsaan, misalnya Soekarno dan Hatta, sosok dwi-tunggal yang sering berbeda pandangan namun tetap bersatu untuk kepentingan bangsa.

Menurut dia, Mosi Integral yang dicetuskan M Natsir juga harus dipahami yaitu menciptakan momentum persatuan nasional di hadapan parlemen.

"Tanpa Mosi Integral itu, maka sulit membayangkan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai bentuk bangsa yang kita banggakan. Kalau kita sering ucapkan 'NKRI Harga Mati', maka jangan lupakan peran M Natsir," ujarnya.

Salim Segaf mengingatkan bahwa Indonesia merupakan bangsa yang besar dari semua aspek, yaitu wilayah, suku bangsa, bahasa, sumber daya alam, sumber daya manusia, adat istiadat, dan agama.

Karena itu, menurut dia, tidak boleh ada warga negara yang mengklaim paling benar, Pancasila, NKRI, sehingga berdampak mengeliminasi elemen bangsa yang lain.

"Kalau klaim itu terus terjadi, maka dikhawatirkan akan terjadi segregasi dan disharmoni sosial, sehingga berujung pada disintegrasi bangsa," katanya.

Dia menilai Indonesia bisa menjadi bangsa yang besar kalau semua warganya saling bekerjasama dan bersinergi tanpa memandang suku, agama, ras, antargolongan (SARA), dan status sosial ekonomi.

Karena itu, dia mengajak semua elemen masyarakat untuk menjadikan Proklamasi Kemerdekaan RI sebagai momentum untuk mengokohkan komitmen kebangsaan.

Menurut dia, kemerdekaan yang diraih bangsa Indonesia bukan akhir perjuangan, namun estafet dalam bentuk perjuangan lain, melanjutkan cita-cita kebangsaan yang telah dirintis para pahlawan.

"Pancasila dan UUD NRI 1945 adalah pedoman untuk kita hidup berdampingan secara damai, bersinergi, dan berkolaborasi. Perbedaan harus dimaknai sebagai anugerah, sehingga kita harus fokus untuk mengokohkan persatuan bukan menonjolkan perbedaan," ujarnya.

Hadir dalam acara "Mimbar Demokrasi dan Kebangsaan" tersebut antara lain Ketua MPR RI Bambang Soesatyo yang menyampaikan pesan dan refleksi kemerdekaan, serta Ketua Fraksi PKS DPR RI Jazuli Juwaini.
Baca juga: Presiden minta organisasi keagamaan miliki komitmen kebangsaan kuat
Baca juga: Bamsoet ajak generasi muda sikapi era disrupsi dengan bijak


Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Budisantoso Budiman
COPYRIGHT © ANTARA 2021