Probolinggo (ANTARA News) - Penurunan aktivitas Gunung Bromo yang terdeteksi dari pos pemantauan di Dusun Cemorolawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, akan dievaluasi dalam lima hari kedepan.

"Penurunan aktivitas berdasar data kegempaan dan ketinggian asap yang keluar dari kawah ini akan terus dievaluasi sampai lima hari ke depan," kata Ketua Tim Tanggap Darurat Bencana Bromo, Gede Suantika, saat ditemui di pos pemantauan di Dusun Cemorolawang, Sabtu.

Pejabat di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) itu tidak akan terburu-buru menurunkan status Gunung Bromo dari Awas (level IV) ke Siaga (level III).

"Merapi saja butuh waktu 20 hari untuk mengevaluasi penurunan aktivitas sebelum statusnya diturunkan dari Awas ke Siaga," kata Gede.

Ia mengemukakan bahwa puncak aktivitas Gunung Bromo terjadi pada 23 November 2010 pukul 20.00 WIB, salah satu tandanya tekanan asap yang keluar dari kawah menjulang setinggi 800 meter.

Sehari kemudian, ketinggian asap berangsur-angsur menurun. Dan dalam lima hari terakhir tekanannya makin berkurang sehingga ketinggiannya pun hanya berkisar antara 200 meter hingga 300 meter.

Selama masih dalam status Awas dan Siaga, PVMBG tidak akan mencabut status penanganan tanggap darurat di Gunung Bromo. "Baru kalau sudah Waspada (level II), status tanggap darurat bencana dicabut," kata Gede.

Dalam tanggap darurat status Awas, PVMBG menerjunkan beberapa pejabat eselon II untuk melakukan pemantauan dan penyelidikan aktivitas Gunung Bromo. Sementara tanggap darurat status Siaga pejabat eselon III dan IV yang diterjunkan.

"Dalam keadaan seperti ini, Tim Tanggap Darurat harus lengkap yang terdiri atas ahli vulkanologi, ahli seismik, dan ahli teknik informatika dan komputer," katanya.

Hingga Sabtu petang kawah Gunung Bromo masih mengeluarkan asap berwarna kelabu dengan ketinggian 200-300 meter. Gempa tremor masih terus-menerus terjadi. Temperatur udara di sekitar Gunung Bromo mencapai 12 derajat Celsius.

(M038/A040/S026)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2010