Bogor (ANTARA News) - Ketua Dewan Penasehat ICMI 2005-2010 Jimly Asshidiqie mengatakan, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) ke depan memiliki peran untuk menyinergikan berbagai aliran pemikiran dan partai politik.

"Tokoh-tokoh ICMI bisa membangun perekat semua aliran pemikiran bahkan semua aliran politik, termasuk PDIP" katanya di arena Muktamar-V ICMI di Bogor, Senin.

Menurut dia, saat ICMI didirikan pertama kali nuansa peminggiran Islam sangat kental, sehingga kemunculannya menjadi salah satu lembaga yang bersangkut paut dengan politik.

Namun kini, menurut dia, kondisi Indonesia saat ini berbeda. Di Indonesia, kini hampir semua partai menyuarakan Islam. Bahkan PDIP dengan membentuk Baitul Muslimin.

Ia juga menambahkan partai-partai politik kini juga semakin mendekat.

"Saya rasa ada trend baru PKS ke tengah, PDIP membentuk Baitul Muslimin partai-partai menjadi semakin menyatu. ICMI bisa memainkan peran untuk bersinergi dengan semua aktor," katanya.

Ia menambahkan, peran yang diemban ICMI ke depan juga menjadi sumber ide-ide bagi pembangunan bangsa. Selain itu, juga menjadi pemasok kader-kader berkualitas untuk pejabat-pejabat publik.

"Katanya ICMI itu `ikatan calon menteri Indonesia`, why not? (mengapa tidak). Kita ingin jabatan-jabatan publik diisi orang-orang yang paham dan mengerti. Jadi kira-kira tidak perlu studi banding," katanya.

Jimly juga mengatakan, alih generasi kepemimpinan ICMI juga diperlukan agar tidak terputus. Kader-kader muda ICMI yang kompeten harus didorong untuk menjadi pemimpin ICMI.

Selain itu, ia mengharapkan ICMI tidak hanya menjadi pemasok pemikiran saja, namun juga melakukan program aksi yang jelas. Ia mencontohkan program keuangan Islam yang dipelopori ICMI saat itu dengan membentuk Bank Muamalat.

"Yang terpilih sebagai pimpinan jangan hanya mikir, tapi juga terlihat dalam aksi," katanya.

Ia mengharapkan kepemimpinan bercorak presidium yang dipilih dalam muktamar-V ICMI ini mampu mendorong sinergi untuk membangun bangsa. (M041/K004)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2010