Jakarta (ANTARA) - Film terbaru karya sutradara Wregas Bhanuteja berjudul "Penyalin Cahaya" masuk dalam program kompetisi utama New Currents di ajang Busan International Film Festival (BIFF) 2021 dan akan melakukan World Premiere di salah satu festival film terbesar di Asia tersebut.

New Currents sendiri merupakan satu-satunya program kompetisi internasional film panjang di BIFF yang akan digelar pada 6 hingga 15 Oktober 2021.

Di kompetisi utama BIFF tersebut, film "Penyalin Cahaya" ("Photocopier") produksi Rekata Studio dan Kaninga Pictures ini akan bersaing dengan sepuluh film dari delapan negara lain untuk memperebutkan empat penghargaan bergengsi, yakni New Currents Award, New Currents Audience Award, NETPAC Award, dan FIPRESCI Award.

Selama 25 tahun terakhir, para sutradara yang filmnya telah berkompetisi di program New Currents BIFF sukses menjejakkan diri di panggung sinema global dan membuka jalan bagi sinema baru Asia.

Baca juga: Dea Panendra dan Giulio Parengkuan bintangi "Penyalin Cahaya"

Baca juga: "Penyalin Cahaya", film panjang perdana sutradara Wregas Bhanuteja


Wregas mengatakan bahwa film adalah medium komunikasi sehingga makin banyak orang mendengar cara seseorang berkomunikasi, maka argumen yang ingin disampaikan melalui film akan semakin disimak dan direnungkan.

"Festival film berfungsi untuk memperbesar gaung komunikasi itu, dengan bertemu penonton internasional, peluang film 'Penyalin Cahaya' ini untuk didistribusikan ke negara lain pun semakin terbuka lebar," ujar Wregas dalam jumpa pers virtual film "Penyalin Cahaya" pada Kamis.

"Artinya, masyarakat dunia juga dapat mendengar argumen film ini. Dan, karena perlawanan terhadap kekerasan seksual adalah sebuah concern bagi Indonesia dan dunia, maka festival film menjadi ruang untuk memperluas gaung perlawanan itu," lanjut Wregas.

Film "Penyalin Cahaya" lahir dari pengamatan Wregas atas realitas tentang banyak penyintas kekerasan seksual yang tidak mendapat ketidakadilan. Berbagai macam stigma, ketiadaan sistem pendukung, sedikitnya ruang aman, minimnya pengetahuan masyarakat akan kekerasan seksual menjadi penyebab para penyintas untuk memendam pengalaman kekerasan yang mereka alami.

"Film ini adalah suara untuk melawan ketidakadilan yang terjadi di masyarakat kita hari ini," kata Wregas, yang juga menulis skenario untuk film tersebut.

"Penyalin Cahaya" bercerita tentang mengenai Sur yang harus kehilangan beasiswanya karena dianggap mencemarkan nama baik fakultas usai swafotonya dalam keadaan mabuk beredar.

Sur tidak mengingat apapun yang terjadi pada dirinya malam itu. Ini adalah kali pertama Sur datang ke pesta kemenangan komunitas teater di kampusnya, dan mendapati dirinya tidak sadarkan diri.

Sur meminta bantuan Amin, teman masa kecilnya, seorang tukang fotokopi yang tinggal dan bekerja di kampus, untuk mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi pada dirinya di malam pesta.

Shenina Cinnamon sebagai pemeran Sur mengatakan "Penyalin Cahaya" menyuguhkan cerita yang belum pernah didengarnya. Ia merasa film ini dapat menjadi salah satu cara untuk menyuarakan topik tentang kekerasan seksual.

Bagi aktris berusia 22 tahun itu, memerankan karakter Sur merupakan tanggung jawab besar agar nilai-nilai yang hendak disuarakan lewat kisah ini bisa sampai ke penonton dan masyarakat.

"Saya sangat bangga bisa berkontribusi lewat berakting dalam film ini. Apalagi, 'Penyalin Cahaya' adalah film panjang pertama saya sebagai pemeran utama dan bisa masuk kompetisi di BIFF. Ada perasaan tidak menyangka juga pastinya. Saya juga berharap dengan film 'Penyalin Cahaya', kita bisa mengharumkan nama Indonesia di kompetisi festival film internasional ini," ujar Shenina.

Selain Shenina, film ini juga melibatkan Chicco Kurniawan, Lutesha, Jerome Kurnia, Dea Panenda dan Giulio Parengkuan. Setelah tayang perdana di BIFF, " Penyalin Cahaya" diharapkan dapat hadir di bioskop Indonesia.

Baca juga: Festival Film Busan hadirkan kategori penayangan konten streaming

Baca juga: Sutradara "Train to Busan" akan buat film sci-fi untuk Netflix

Baca juga: Bong Joon-ho: COVID-19 akan berlalu dan sinema akan bangkit lagi

 

Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Alviansyah Pasaribu
COPYRIGHT © ANTARA 2021