Surabaya (ANTARA News) - Dewan Pimpinan Pusat Partai Keadilan Sejahtera menyatakan penutupan tempat lokalisasi Dolly di Kota Surabaya oleh pemerintah kota setempat sebaiknya dilakukan secara persuasif.

"Tidak perlu dilakukan pengarahan massa, sebaiknya Pemkot Surabaya belajar ke Pemprov DKI Jakarta ketika melakukan penutupan lokalisasi di Kramat Tunggak pada 1999. Dimana sekarang tempat itu jadi Islamic Center terbesar di Jakarta," kata Sekjen DPP PKS Anis Matta di Surabaya, Selasa.

Ditemui memberi pembekalan 600 kader PKS Kota Surabaya, ia mengatakan Pemprov DKI Jakarta telah melakukan tindakan persuasif kepada warga yang tinggal di lokalisasi Kramat Tunggak, sehingga tidak terjadi konflik berkepanjangan saat dilakukan penutupan.

"Tentunya hal tersebut bisa ditiru Pemkot Surabaya jika melakukan penutupan lokalisasi Dolly. Jadi, saya kira perlu dilakukan tindakan persuasif untuk itu dan semua pihak harus mendukung program itu," ujarnya.

Perubahan lokalisasi Kramat Tunggak menjadi Islamic Center, lanjut dia, bisa menjadi pembanding jika ingin menutup Dolly. "Jika terlaksana, Dolly akan berubah dari daerah haram sajadah menjadi daerah banyak sajadah," kata Wakil Ketua DPR tersebut.

Sementara itu, Ketua Umum DPW PKS Jatim Hamy Wahjunianto menyatakan PKS mendukung rencana penutupan Dolly, namun dengan beragam catatan agar tidak menimbulkan dampak buruk di kemudian hari, serta melalui cara-cara politis dan konstitusional.

"Kami tak akan meniru cara kelompok lain yang mengerahkan massa untuk menutup Dolly. PKS pasti mendukung, tapi jangan hanya sekedar ditutup," ujarnya.

Hamy memberi saran kepada Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, agar meniru langkah Wali Kota Solo Joko Widodo yang ingin menggusur pedagang kaki lima dengan terlebih dulu mengajak pertemuan untuk makan bareng dan pada pertemuan ke-53 baru berbicara relokasi.

"Strategi cantik Wali Kota Solo bisa ditiru Bu Risma. Karena kami juga tidak setuju jika penutupan Dolly menggunakan cara-cara pemaksaan tanpa memberi solusi," katanya.

Ia pun menilai jika langkah Risma yang sempat menolak menutup Dolly hingga membuat berang Gubernur Jawa Timur Soekarwo, bukanlah sikap yang mewakili hati nuraninya.

Pasti, kata Hemy, Risma sebenarnya setuju Dolly ditutup untuk menyelamatkan para penghuninya. Namun, karena belum ada solusi konkret terkait konsekuensi jika Dolly ditutup maka Risma mengabaikannya. (*)

A052/D010

Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2010