Semarang (ANTARA News) - Pakar pendidikan Universitas Negeri Semarang, Dr. Nugroho menilai kebijakan untuk menjadikan ujian nasional (UN) sebagai acuan masuk perguruan tinggi negeri (PTN) membutuhkan banyak penyesuaian.

"Secara konstruksi, UN dan seleksi masuk PTN (SNMPTN) berbeda, UN lebih ditujukan untuk mengukur prestasi," katanya di Semarang, Minggu, menanggapi rencana menjadikan UN sebagai acuan masuk PTN pada 2012.

Menurut dia, UN lebih ditujukan untuk mengukur sejauh apa derajat pencapaian siswa dalam menyerap ilmu di sekolah, termasuk sekolah menengah atas (SMA) yang menjadi jenjang pendidikan tertinggi di bawah perguruan tinggi.

Konstruksi tes UN, menurut dia, berbeda dengan SNMPTN yang mengandung tiga unsur, yakni tes potensi akademis menyangkut seberapa memadai kemampuan peserta untuk mengikuti proses pendidikan di jenjang strata 1 (S-1).

"Kemudian, tes penempatan menyangkut minat dan bakat peserta untuk mengikuti program studi di perguruan tinggi yang sesuai, dan terakhir tes yang bersifat prediktif. Ketiga unsur ini tidak terdapat dalam UN," katanya.

Kalau hasil UN akan jadi acuan masuk PTN, kata dia, maka membutuhkan banyak penyesuaian, terutama menyangkut sistem kelembagaan di SMA yang selama ini hanya menjadikan mata pelajaran UN menjadi alat ukur.

"Selama ini, para guru, terutama kelas XII pengampu mata pelajaran non-UN akan `diparkir` oleh sekolah, dan sebagai gantinya para siswa akan digenjot pelajaran yang diujikan dalam UN. Seperti ini kan jadi kacau," katanya.

Ia mengatakan kondisi tersebut membuat siswa tidak disiapkan untuk masuk ke perguruan tinggi sesuai bakat dan minatnya, akhirnya perguruan tinggi menyelenggarakan tes sendiri dengan menggunakan tiga tolok ukur itu.

Secara ekonomis, menurut dia, dijadikannya UN acuan masuk PTN bisa menekan besarnya biaya penyelenggaraan ujian masuk PT, karena pemerintah cukup menyelenggarakan ujian satu kali untuk dua tujuan sekaligus.

"Ditinjau secara akademis bisa dipahami (dijadikannya UN acuan masuk PT, red.), sebab UN merupakan pencapaian akhir jenjang sekolah (SMA, red.) dan perguruan tinggi merupakan kelanjutan jenjang SMA," katanya.

Logikanya sebenarnya masuk, kata dia, namun perlu banyak penyesuaian yang membutuhkan waktu lama, kemudian Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) perlu juga menyusun ulang soal yang diujikan dalam UN.

Selain itu, menurut Nugroho, rencana tersebut sebenarnya akan menimbulkan pertanyaan, terutama "Apakah PTN rela kehilangan salah satu sumber pendapatannya selama ini, yakni ujian masuk mahasiswa baru?".(*)
(U.KR-ZLS/A033/R009)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2010