Banda Aceh (ANTARA News) - Enam ekor gajah sumatra (Elephant maximus sumatranus) mati yang diduga dibunuh dan tersengat listrik di sejumlah wilayah di Provinsi Aceh sepanjang 2010.

"2010 merupakan tahun `bencana` bagi gajah liar yang diduga dibunuh. Bahkan, ada kasus ditemukan bangkai namun gadingnya hilang seperti di Aceh Timur," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Abubakar Cekmad di Banda Aceh, Jumat.

Satu dari enam ekor binatang dilindungi itu, Abubakar menyebutkan tewas akibat tersengat arus listrik yang kabelnya menyentuh tanah di kawasan Aceh Timur.

Kondisi gangguan gajah liar yang hampir merata di sejumlah daerah di provinsi ujung paling barat Indonesia itu sepanjang 2010.

"Gangguan gajah selama ini hampir bersamaan di sejumlah daerah rawan seperti Aceh Timur, Aceh Utara, Aceh Jaya, Aceh Selatan, Aceh Barat dan Pidie. Kami kualahan dalam menanggani gangguan yang telah meresahkan masyarakat itu," kata dia menjelaskan.

Matinya enam ekor gajah liar tersebut juga terindikasi adanya praktek perburua oleh sendikat yang mengambil gading dari binatang dilindungi itu.

"Karenanya, kami bekerja sama dengan pihak kepolisian di Aceh Timur telah menurunkan tim untuk melacak atau menyelidiki penyebab kematian gajah liar yang gadingnya hilang, beberapa waktu lalu," katanya menambahkan.

Gangguan gajah liar juga telah berdampak keresahan masyarakat petani, karena di beberapa desa di pinggiran hutan ulah binatang berbadan besar itu mengancam keselamatan penduduk, kata Abubakar.

Di Aceh Timur, Kepala BKSDA Aceh menyebutkan gangguan gajah menyebabkan puluhan hektare areal tanaman warga hancur. Sementara di Kecamatan Kluet Tengah Kabupaten Aceh Selatan terpaksa menelantarkan lahan perkebunannya, akibat gangguan gajah.

"Gangguan itu juga akibat ulah manusia yang membuka areal perkebunan di kawasan lintasan gajah, dengan komoditas kelapa sawit yang merupakan makanan kesukaan binatang berbelalai panjang tersebut," kata Abubakar Cekmad.

(A042/S026)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2010