Padang (ANTARA News) - Bencana gelombang tsunami yang menghantam dataran Mentawai, Sumatera Barat, telah dua bulan berlalu, namun hingga kini sejumlah permasalahan terkait penanganan korban belum kunjung usai.

Sebagian korban yang rumahnya rusak akibat bencana itu, masih harus tidur di tenda pengungsian.

Di penghujung 2010, korban tsunami di Kabupaten Kepuluan Mantawai yang mayoritas beragama Kristiani, mengharapkan "kado" Natal nan istimewa dari Pemerintah berupa rumah hunian sementara (Huntara).

Pembangunan Huntara yang dijanjikan beberapa lalu terganjal Kementerian Kehutanan yang tak kunjung mengeluarkan izin penebangan kayu untuk pembangunan Huntara. Permohonan penebangan kayu untuk Huntara telah dilakukan Bupati Mentawai beberapa waktu lalu.

Masyarakat Mentawai sangat berharap mereka telah mendapatkan tempat tinggal sementara ini, setidaknya saat mereka merayakan Natal pada 25 Desember mendatang.

"Ini bisa menjadi kado Natal istimewa bagi masyarakat Mentawai, yang beragama Kristen sangat," kata salah seorang warga Koban bencana. Ia memang sangat berharap mendapat "kado" istimewa dari Pemerintah berupa rumah hunian sementara (Huntara).

Saat ini izin penebangan kayu untuk pembangunan Huntara dari Kementerian Kehutanan bagi korban tsunami yang terjadi di Kabupaten Kepuluan Mentawai telah keluar.

Setelah izin keluar, PMI dan Pemprov Sumbar melakukan penebangan kayu untuk pembangunan huntara bagi korban tsunami Kabupaten Kepuluan Mentawai.

"Kita tidak ingin terjadinya polemik jika tidak ada izin dari Kementerian Kehutanan dalam penebangan kayu untuk pembangunan Huntara bagi korban tsunami Mentawai," kata Kepala Markas PMI Sumbar, Hidayatulah Irawan.

Pihak PMI telah menyiapkan sebanyak 110 orang tenaga relawan untuk membantu masyarakat Kabupaten Kepuluan Mentawai dalam pembangunan Huntara bagi korban tsunami.

"Huntara PMI ini dibangun dengan melibatkan masyarakat setempat untuk bergotong-royong dalam proses pembangunannya sehingga tercipta rasa kebersamaan,"katanya.

"PMI telah membuat dua unit percontohan Huntara bagi korban tsunami, sedangkan dalam pembuatan Huntara dikerjakan sepenuhnya oleh masyarakat dibantu para rewalan PMI," kata Hidayatulah Irawan.

Material lainnya dalam pembangunan huntara sudah lama dipersiapkan oleh PMI, seperti seng, paku dan peralatan lainnya.

Ketua Umum PMI juga telah memberikan santunan sebesar Rp2 juta bagi korban tsunami.

PMI membangun sebanyak 516 unit Huntara bagi korban tsunami di daerah Pagai Selatan Kabupaten Kepuluan Mentawai, tersebar di empat titik, yaitu 203 unit di kilometer 44, sebanyak 79 unit di kilometer 37, sebanyak 206 unit di kilometer 27 dan 28 unit di Lakau.

Untuk pembangunan Huntara sebanyak 516 unit dengan ukuran 4x6 meter dengan atap seng, dinding, rangka dan lantai dari kayu dan pembatas kamar dengan triplek. PMI membutuhkan kayu diperkirakan sebanyak 4.144 meter kubik.

Setiap satu unit Huntara membutuhkan kayu sekitar 8 meter kubik.

PMI tidak akan membeli kayu, tapi hanya memberi masyarakat uang Rp5 juta untuk biaya pembangunan Huntara tersebut, selain bahan bangunan seperti seng, triplek, paku, dan alat pertukangan.

"Untuk tahap pertama satu unit Huntara kita berikan bantuan sebesar Rp3 juta dan tahap kedua Rp2 juta. Totalnya Rp2,58 miliar," jelas Hidayatul Irwan.

PMI saat ini sedang melakukan pembuatan rangka untuk pembangunan Huntara bagi korban tsunami Kabupaten Kepuluan Mentawai.

Pihak PMI menarget pembangunan Huntara bagi korban tsunami ini selesai sebelum perayaan Natal, izin baru keluar dari Kementrian Kehutanan pada 9 Desember 2010.

"Namun saat ini telah berdiri rangka Huntara pada 7 Dusun di daerah Pagai Selatan, Kabupaten Kepuluan Mentawai," kata Hidayatulah Irawan.



Diperpanjang

Masa tanggap darurat penanggulangan bencana tsunami Kabupaten Kepuluan Mentawai, Sumatera Barat diperpanjang setelah dicabut pada 22 November 2010.

"Hasil pertemuan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Pemerintah Provinsi Sumatra Barat serta Pemerintah Kabupaten Kepualaun Mentawai, masa tanggap darurat penanggulangan bencana Tsunami Kabuaten Kepuluan Mentawai diperpanjang," kata Kepala BNPB Syamsul Maarif ketika berkunjungan ke Sumbar.

Sebelumnya, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno menetapkan masa tanggap darurat selama dua minggu pasca gempa dan tsunami terjadi Mentawai pada 25 Oktober 2010.

Lalu masa tanggap darurat diperpanjang dua minggu dan berakhir pada 22 November, sebelumnya, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno menetapkan masa tanggap darurat selama dua minggu pasca gempa dan tsunami terjadi Mentawai pada 25 Oktober 2010. Kemudian masa tanggap darurat diperpanjang dua minggu dan berakhir pada 22 November 2010.

Masa tanggap darurat dibutuhkan untuk masa penyaluran bantuan. Saat ini Pemkab kesulitan menyediakan anggaran, karena APBD 2011 belum ditetapkan. "Sampai saat ini, masyarakat di Mentawai belum bisa menggerakkan perekonomian karena masih trauma, sementara mereka membutuhkan transportasi dan makanan," kata Syamsul Maarif.

Untuk kebutuhan logistik bagi korban bencana tsunami di Kabupaten Kepuluan Mentawai masih cukup. Logistik untuk korban tsunami masih banyak tersimpan di gudang Pelabuhan Teluk Bayur Padang.

Masih terkendala dalam mendistribusikan logistik disebabkan gelombang tinggi diperairan Kepuluan Mentawai. "Sedangkan logistik di Kabupaten Mentawai cukup untuk beberapa bulan bagi korban tsunami," kata Syamsul Maarif.

Pembangunan Rumah Hunian Sementara (Huntara) bagi korban tsunami di Kabupaten Kepuluan Mentawai, Sumatera Barat, membutuhkan dana sebesar Rp 15,2 miliar.

Sedangkan dana yang sudah terkumpul untuk pembangunan Huntara bagi korban tsunami di Kabupaten Kepuluan Mentawai sebesar Rp12,58 miliar lebih. "Sisa dana sekitar Rp3 miliar lebih untuk pembangunan Huntara akan dibantu oleh BNPB," katanya.

Pembangunan Huntara yang dilakukan oleh pihak pemerintah di daerah Pagai Utara Kabupaten Kepuluan Mentawai. Sedangkan pihak PMI membangun sebanyak 516 unit Huntara di daerah Pagai Selatan Kabupaten Kepuluan Mentawai.



200 Huntara

Korban tsunami merasa senang sebuah "kado" istimewa dalam perayanan Natal sudah mulai ada di Kabupaten Kepuluan Mentawai, saat ini sebanyak 200 unit dari 728 unit rumah hunian sementara telah selesai dibangun bagi korban bencana tsunami di Kabupaten Kepuluan Mentawai.

Awalnya akan membangun sebanyak 278 unit Huntara di daerah Pagai Utara bagi korban dilanda tsunami. "Masyarakat Kabupaten Kepuluan Mentawai berada di pinggir pantai ingin pindah, maka ada penambahan lagi sebanyak 450 unit Huntara," kata Kepala Dinas Prasjal dan Tarkim, Dodi Ruswandi

Jika Huntara dibangun sebanyak 278 unit, pengerjakan pasti selesai menjelang perayaan Natal. Namun ada penambahan tersebut, pembangunan Huntara di perkirakan selesai akhir Desember 2010.

Untuk rangka Huntara telah selesai dikerjakan sebanyak 77 buah, lanjut Dodi Ruswandi, rangka dibuat dari Kota Padang, setelah itu kita kirim ke Mentawai. "Sedangkan material pembangunan Huntara berasal dari Kota Padang," kata Dodi Ruswandi.

Disamping itu Pemerintah juga membangun sebanyak 15 unit dapur umum bagi korban tsunami di Kabupaten Kepuluan Mentawai. "Sedangkan MCK telah dibangun sebanyak 16 unit bagi korban dilanda tsunami di Kabupaten Mentawai," kata Dodi Ruswandi. (ANT-031/K004)

Oleh Oleh Derizon Yasid
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2010