Mogadishu (ANTARA News/Reuters) - Bom pinggir jalan yang dipasang di sebuah pos pemeriksaan sebelah selatan Mogadishu, ibukota Somalia, meledak, menewaskan enam prajurit, kata seorang polisi, Senin.

Bom itu meledak ketika prajurit-prajurit itu berusaha memindahkannya ke sebuah mobil.

Seorang warga sipil terbunuh tanpa sengaja ketika pasukan yang berpikir mereka diserang melepaskan tembakan, kata polisi itu.

Belum diketahui siapa yang memasang bom di Ex-control, sebuah pos pemeriksaan pemerintah sebelah selatan Mogadishu dimana kendaraan ke dan dari ibukota Somalia itu diperiksa.

"Ledakan itu menewaskan tujuh orang, enam prajurit pemerintah dan seorang warga sipil, dan melukai 11 prajurit pemerintah," kata Mohamed Muktar, seorang polisi senior di pos pemeriksaan itu, kepada Reuters.

"Di pos pemeriksaan itu ada polisi dan militer. Polisi kami mendeteksi dan memindahkan bom pinggir jalan itu namun meledak ketika akan diangkut. Salah satu mobil kami juga hancur," katanya.

Ali Muse, seorang koordinator pelayanan ambulan di kota itu, mengatakan bahwa warga sipil itu, seorang pejabat senior di perusahaan telkom swasta, tewas ketika pasukan melepaskan tembakan -- karena berpikir mereka diserang -- pada saat bom itu meledak.

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Penculikan, kekerasan mematikan dan perompakan melanda negara tersebut.

Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah.

Nama Al-Shabaab mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli lalu.

Para pejabat AS mengatakan, kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang lebih luas.

Al-Shabaab, kelompok muslim garis keras yang menguasai sebagian besar wilayah tengah dan tengah Somalia, mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli yang menewaskan 76 orang.

Pemboman itu merupakan serangan terburuk di Afrika timur sejak pemboman 1998 terhadap kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam yang diklaim oleh Al-Qaeda.

Serangan-serangan bom pada 11 Juli itu dilakukan di sebuah restoran dan sebuah tempat minum yang ramai di Kampala ketika orang sedang menyaksikan siaran final Piala Dunia di Afrika Selatan.

Uganda adalah negara pertama yang menempatkan pasukan di Somalia pada awal 2007 untuk misi Uni Afrika yang bertujuan melindungi pemerintah sementara dari Al-Shabaab dan sekutu mereka yang berhaluan keras di negara Tanduk Afrika tersebut.

Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.

Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya, Hezb al-Islam, berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.

Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai. (M014/K004)

Pewarta: NON
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2010