Buenos Aires (ANTARA News/AFP) - Argentina Senin memerintahkan 6.000 polisi militer untuk dikerahkan ke luar kota selatan Buenos Aires guna mendukung keamanan setelah kerusuhan pendudukan tanah oleh ribuan migran yang tidak memiliki rumah.

Sejak 1 Januari, para petugas kepolisian itu akan bergabung dengan 3.000 lainnya yang telah dikerahkan di jalur-jalur, stasiun-stasiun kereta api, daerah kumuh dan permukiman-permukiman.

"Operasi Sentinel" mentargetkan daerah pinggiran kota yang rawan rumah bagi hampir 10 juta orang - seperempat dari penduduk nasional.

Sekitar 400 kendaraan patroli juga akan dikirimkan sebagai bagian dari dana yang dianggarkan 150 juta Peso (37,5 juta dolar) untuk kampanye itu.

"Mengklaim bahwa kemiskinan menjadi penyebab kejahatan adalah tak memahami bahwa di sana juga terdapat kejahatan terorganisasi. Jadi kemiskinan tidak identik dengan kriminalitas," kata Presiden Cristina Kirchner di dalam pengumuman pernyataan di televisi nasional.

Dia mengatakan, polisi bisa melaksanakan tugas-tugas mereka tanpa menggunakan senjata api terhadap para pemrotes.

Pengumuman itu muncul dua pekan setelah aksi protes seminggu lamanya di taman terbesar kedua Buenos Aires yang menyebabkan tidak meninggal.

Diperkirakan 6.000 orang tak berumah, sebagian besar di antara mereka adalah para buruh migran yang miskin dari Bolivia dan Paraguay, berkema selama sepekan di taman Indoamericano pada awal bulan ini untuk memprotes kurangnya perumahan.

Aksi-aksi protes memicu serangan-serangan mematikan terhadap pekerja migran oleh penduduk yang marah di sekitar wilayah permukiman kelas menengah, sementara para pejabat kota dan federal berdebat mengenai bagaimana mengatasi krisis itu.

Polisi militer pada akhirnya dikirimkan untuk memulihkan ketertiban di daerah tersebut. (AK/K004)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2010