Banda Aceh (ANTARA News) - Thailand ingin mempelajari sistem penangganan kesehatan pascabencana yang dilakukan Provinsi Aceh setelah tsunami, 26 Desember 2004.

"Pihak Thailand berkeinginan mempelajari dan mengavaluasi kembali proses penangganan kesehatan yang pernah dilakukan Aceh pascatsunami enam tahun silam," kata Wadir Rumah Sakit Umum dokter Zainoel Abidin, HM Andalas di Banda Aceh, Selasa.

Dia mengutarakan itu menanggapi keberangkatan delegasi Pemerintah Aceh, manajemen RSUZA dan Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala ke Thailand atas undangan Pemerintah Thailand Selatan dan Phuket.

"Kami memenuhi undangan Direktur Institute Research dan Development of Health Thailand Selatan, Prof Virasakdi Chongsuvivatwong untuk mengikuti sebuah workshop kebencanaan di Thailand Selatan," jelasnya.

Workshop tersebut juga sebagai tindak lanjut kerjasama bidang kesehatan Thailand Selatan dan Pemerintah Phuket dengan Pemerintah Aceh.

"Workshop itu berlangsung lima hari, terhitung sejak 21-24 Desember 2010. Kegiatan di Thailand itu juga mirip dengan simulasi tsunami yang pernah kita lakukan di Aceh beberapa waktu lalu," kata HM Andalas.

Simulasi atau latihan itu berlangsung di Pantai Phuket yang adalah salah satu tempat yang terkena cukup parah oleh bencana tsunami, 26 Desember 2004, meski jumlah korban meninggal lebih kecil dibanding tsunami Aceh.

Delegasi Aceh pada workshop di Thailand itu dipimpin bagian Prodi Keperawatan Fakultas Kedokteran Unsyiah, Cut Husna, dan terdiri dari Direktur RSUZA Taufik Mahdi serta anggota tim disaster Aceh, syafrizal Rahman.

"Melalui workshop itu diharapkan kita dapat meminimalisir dampak buruk yang tidak kita inginkan dari setiap musibah bencana, terutama di Aceh khusunya bidang kesehatan," kata Andalas.

RSUZA Banda Aceh mengalami pengalaman buruk saat tsunami karena pelayanan mereka lumpuh selama sebulan.(*)

A042/AR09

Pewarta: NON
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2010