Tidak menjanjikan apa-apa, hanya minta doa dan dukungan semoga bisa berhasil lagiBandung (ANTARA) - Menorehkan prestasi di ajang pesta olahraga terbesar dunia, Olimpiade Tokyo 2020 tak lantas membuat atlet angkat besi putri, Windy Cantika Aisyah berpuas diri.
Pada Olimpiade Tokyo 2020, di Jepang, Windy Cantika Aisyah berhasil meraih medali perunggu di kelas 49kg putri seusai berhasil mencatatkan angkatan total 194kg dari snatch 84kg dan jerk 110kg.
Torehan tersebut menjadi pelecut semangat Windy untuk kembali memberikan prestasi terbaiknya.
Baca juga: Kenangan Windy Aisah sering ganggu ibunda saat latihan
Windy menuturkan dirinya akan memberikan usaha terbaiknya di pesta olahraga nasional, Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua 2021.
"Tidak menjanjikan apa-apa, hanya minta doa dan dukungan semoga bisa berhasil lagi," kata Windy ketika ditanya tentang target yang akan dicapainya di PON Papua.
Windy yang mulai berlatih angkat besi sejak kelas 2 SD mengaku siap tampil habis-habisan pada PON XX Papua karena pesta olahraga terbesar tingkat nasional tersebut akan menjadi PON perdananya.
Gadis kelahiran Kabupaten Bandung, 11 Juni tahun 2002 ini berhasil menorehkan prestasi pada usia yang masih muda yakni pada usia 19 tahun.
Dan apabila melihat silsilah keluarganya, kemampuan Windy di cabang olahraga angkat besi diturunkan dari sang ibunda, yakni Siti Aisah yang juga merupakan pemegang medali perunggu piala dunia angkat berat 1998.
Windy bercerita awal mula ketertarikan dirinya pada olahraga angkat besi ialah karena sering diajak ibu dan kakaknya untuk berlatih.
Pada saat itu usianya masih belia, rewel dan suka mengganggu sesi latihan ibu dan kakaknya.
Agar tidak mengganggu latihan, ia kemudian dibuatkan barbel dari besi paralon yang ujungnya diberi pemberat dari semen.
Baca juga: Ridwan Kamil beri "kadeudeuh" Windy Cantika Rp300 juta
Namun saat memasuki kelas 5 SD, Windy mulai serius mengikuti latihan.
"Kalau ditanya kenapa bisa jadi atlet (angkat besi) itu karena terinspirasi sama mamah Windy ya. Jadi pas kakak latihan, kan suka gangguin, terus dikasih paralon untuk latihan," ujarnya.
Saat duduk di bangku SD, tepatnya kelas 5 SD, Windy bergabung di klub angkat besi dan dibina langsung oleh mantan lifter nasional Maman Suryaman.
Saat ini Windy yang merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara itu menjadi atlet andalan angkat besi Indonesia dan diplot sebagai pengganti Sri Wahyuni.
Selama mengikuti pelatihan, Windy mengaku selalu fokus, disiplin, baik sesi latihan yang diberikan oleh ibunya sendiri atau oleh pelatih di tingkat Kabupaten dan juga Pelatnas.
Disiplin dan fokus dalam latihan, kata Windy, menjadi kunci bagi dirinya hingga akhirnya bisa menorehkan prestasi.
Buah kedisiplinan dan fokus dalam latihan, membuat Windy berhasil memecahkan rekor angkat besi tingkat remaja dua kali yakni di Pattaya Thailand dan Filipina.
Baca juga: Windy Cantika tak menyangka bisa raih medali Olimpiade
Selain itu, Windy juga memenangi medali emas pada Pesta Olahraga Asia Tenggara tahun 2019.
Medali perunggu di Olimpiade Tokyo di kelas 49 kilogram putri adalah prestasi terbaiknya.
Atas prestasi teranyar itu, Windy berhak atas "kadedeuh" senilai Rp500 juta dari Pemdaprov Jabar dan Bank BJB.
Windy menuturkan dirinya sangat disiplin dan komitmen dalam menjalani berbagai latihan yang dibebankan.
Bahkan sebulan sebelum Olimpiade Tokyo dimulai ia berhenti makan sambal, es, dan gorengan.
Ia menambahkan masukan dari sang pelatih juga membantu dirinya hingga bisa meraih prestasi di ajang tersebut.
"Pak Jajang (pelatih) sangat baik, sangat perhatian, sampai makanan pun dikontrol, selalu mengingatkan. Badan Windy kan sensitif, jadi tidak boleh makan sambal, es, dan gorengan," katanya.
Baca juga: Doa dan air mata sang ibu iringi Windy Cantika di Tokyo 2020
Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2021