Semarang (ANTARA News) - "Ingin terus berkarya", Itulah harapan sederhana yang dilontarkan Didi Petet, aktor senior Indonesia melihat tahun 2011.

Dalam kesempatan jumpa artis film "Kabayan Jadi Milyuner" di Mal Ciputra Semarang, Selasa, aktor gaek itu mengaku ingin bisa terus berkarya dengan segala kemampuannya.

Pemilik nama asli Didi Widiatmoko itu juga tetap optimistis terhadap perkembangan perfilman Indonesia tahun depan yang akan lebih baik dibandingkan tahun ini.

Perfilman Indonesia di mata Didi, secara kualitas pada 2011 memang masih tetap sama seperti sekarang, termasuk produser yang masih menganut selera pasar.

Memang, kata dia, tema-tema film seperti horor dan seks masih tetap mewarnai perfilman Indonesia pada 2011 mendatang dan kemungkinan akan semakin bertambah.

"Namun, film-film dengan tema personal mulai muncul dan meramaikan perfilman Indonesia. Satu-dua sutradara sudah mulai menyiapkan film-film dengan tema itu," katanya.

Terkait dengan film terbaru yang dibintanginya berjudul "Kabayan Jadi Milyuner", pria kelahiran Surabaya, 12 Juli 1956 itu mengaku tidak merasa kesulitan dalam memainkan peran.

Berbeda dengan film-film Kabayan sebelumnya, tokoh sentral dalam film "Kabayan Jadi Milyuner" itu tak lagi diperankan oleh Didi Petet, namun dipercayakan pada Jamie Aditya.

Karakter Kabayan memang sudah telanjur melekat pada sosok pria bertubuh tambun itu, sebab dirinya telah memerankan tokoh Kabayan dalam beberapa film berlatar Tanah Sunda itu.

"Si Kabayan Saba Kota" yang dibuat pada 1989, "Si Kabayan dan Anak Jin" (1991), dan "Si Kabayan Mencari Jodoh" (1994) hanya beberapa contoh film yang menempatkannya sebagai tokoh sentral.

Namun, Didi tetap rela meski hanya berperan sebagai sosok "Abah" yang akan kerap beradu akting dengan "Ambu" (Meriam Bellina) dalam film "Kabayan Jadi Milyuner" tersebut.

"Diperankan Kang Ibing, saya, atau Jamie (Jamie Aditya, red.) dalam film ini, karakter Kabayan tetap sama, Kabayan tetap sosok santun, lugu, dan polos," ujar Didi Petet. (*)

KR-ZLS/H-KWR

Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2010