Jakarta (ANTARA News) - Semakin sering tokoh muncul di media, dia akan semakin terkenal. Hal tersebut ada kaitannya dengan desain media dalam pemilihan presiden pada 2014.

"Semakin dimunculkan nama-nama tokoh di publik, orang akan semakin kenal, dan pemimpin itu harus by design serta harus dimunculkan," kata pengamat politik M Alfan Alfian di Jakarta, Selasa.

Dia mengingatkan bahwa dalam masyarakat yang demokratis, pemimpin lahir bukan karena by accident. Alfan mencontohkan mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid yang menurut dia menjadi presiden karena by accident dan bukan by design.

Menurut dia, media massa sebenarnya bisa menawarkan tokoh-tokoh potensial di luar Parpol.

"Parpol kita masih tergantung pada ketua umumnya," ungkap dia lalu melanjutkan bahwa partai masih cenderung mendorong elit puncaknya untuk menjadi kandidat presiden.

Alfan mengatakan, semakin awal publik diberikan pilihan-pilihan politis maka semakin banyak pula referensi yang cukup . "Tugas media adalah memberi referensi yang cukup," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Developing Countries Studies Centre (DCSC) Indonesia Zaenal A Budiyono memaparkan analisis lembaganya dari 1.185 artikel yang terkait sepuluh nama tokoh Parpol di sepuluh koran nasional.

Hatta Rajasa ditempatkan oleh media dengan porsi terbanyak yakni 24,6 persen, disusul Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie 21,2 persen dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar 17 persen.

Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum muncul di peringkat empat, sedangkan Megawati, Wiranto dan Prabowo masing-masing di peringkat enam, tujuh dan delapan.

Zaenal menjelaskan analisis terhadap 10 tokoh partai politik ini dilakukan untuk melihat nama-nama tokoh yang dianggap mempunyai peluang maju dalam pencalonan presiden 2014.
(yud/A038/BRT)

Pewarta: Yudha Pratama Jaya
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2010