Tak sampai sebulan lagi, atlet berusia 19 tahun itu akan bertarung menghadapi lawan-lawannya dalam ajang multievent terbesar di Tanah Air itu.
Mahasiswa semester tiga Fakultas Hukum Universitas Gorontalo itu pun menghabiskan hari-hari terakhir latihannya di Alex Olii Camp, Kota Gorontalo.
Tahun ini, ia menargetkan medali emas dari cabang muaythai kelas under 48 kilogram. Ia merupakan satu-satunya atlet yang akan mewakili Provinsi Gorontalo.
“Pada PON tahun 2016, saya gagal membawa pulang medali untuk olahraga wushu karena ada di peringkat keempat. Tapi tahun ini, saya yakin bisa dapat medali dari muaythai,” kata Silfana saat ditemui ANTARA di sela-sela latihannya di Alex Olii Camp, Kota Gorontalo, Jumat.
Baca juga: Aceh targetkan satu medali emas muaythai pada PON Papua
Anak keempat dari pasangan Husin Mahmud dan Ester Mooduto itu memang menekuni sejumlah olahraga bela diri sejak kecil karena tumbuh di lingkungan keluarga yang menyenangi olahraga.
“Ibu saya dulu atlet bola voli dan atletik, kakak laki-laki atlet silat dan wushu, sedangkan kakak perempuan dan adik saya memilih silat,” ungkap Silfana.
Selain muaythai, ia juga merupakan atlet wushu dan karate, dengan sederet prestasi pada tiga cabang olahraga itu sekaligus.
Pada usia 14 tahun, ia menjadi juara pertama kadet putri muaythai dalam Pra Kualifikasi I PON XIX Jawa Barat dan juara satu Liga Nasional Muaythai Seri V.
Ia juga menjadi juara ketiga pada Liga Nasional Muaythai Seri VIII saat berusia 15 tahun, serta menjadi runner up pada Pra Kualifikasi PON XX tahun 2019.
Menurut dia, seni bela diri asal Thailand itu lebih memacu semangat dan keyakinannya dibandingkan jenis bela diri yang lain.
“Di karate, pukulannya harus dikontrol, sedangkan di muaythai lebih bebas. Jadi, lebih ekpresif,” imbuh Silfana.
Lawan tanding Silfana pada PON Papua nanti layak waspada, melihat catatan prestasi dan keyakinannya.
Baca juga: Tim muaythai Jabar andalkan atlet kelas 75kg putra di PON Papua
Pewarta: Debby H. Mano
Editor: Rr. Cornea Khairany
Copyright © ANTARA 2021