Jakarta (ANTARA News) - Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih menyatakan dampak kesehatan dari letusan Gunung Bromo, Jawa Timur, belum ada yang membutuhkan penanganan khusus dan masih dapat ditangani petugas kesehatan setempat.

"Kelihatannya belum ada hal-hal yang harus ditangani oleh kita. Beberapa barang kita kirimkan seperti MP-ASI (makanan pendamping air susu ibu) tapi sisanya ditangani oleh daerah," kata Menkes ketika ditemui usai pelantikan pejabat eselon II Kementerian Kesehatan di Jakarta, Senin.

Gunung Beomo mulai meletus sejak tanggal 27 November 2010 lalu namun intensitas letusan mulai mengalami penurunan tanggal 1 Januari 2011, setelah gunung tersebut sempat mengalami letusan strombolian atau lava pijar disertai suara gemuruh pada 30 Desember 2010 lalu.

Pemerintah daerah setempat telah menyiapkan lokasi-lokasi pengungsian untuk digunakan warga setempat jika terjadi letusan lagi untuk menghindarkan terjadinya korban.

Sementara itu, meskipun belum terjadi gelombang pengungsian besar-besaran di wilayah sekitar Gunung Bromo, Pemerintah daerah setempat telah mulai menginstruksikan pengosongan rumah warga di Kabupaten Probolinggo yang tertimbun abu vulkanik akibat letusan Gunung Bromo.

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) disebut Menkes adalah salah satu jenis penyakit yang kerap muncul dalam kondisi letusan gunung seperti yang juga terjadi di Gunung Merapi beberapa waktu lalu.

Namun hingga saat ini belum dilaporkan adanya kasus dari petugas Kemenkes yang berada di lapangan.

Kemenkes sendiri disebut Endang juga belum mengeluarkan dana darurat untuk pengungsi Bromo

"Kalau dana, BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) dulu. Kita dikoordinir oleh BNPB. Namum tampaknya problem kesehatan masih dapat diatasi petugas kesehatan setempat," katanya. 
(ANT/A024)

Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2011