Trenggalek (ANTARA News) - Banjir bandang melanda sejumlah kawasan di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Senin malam hingga menyebabkan lima jembatan putus.

Jembatan-jembatan dengan panjang antara 25 hingga 50 meter itu tersebar di tiga kecamatan, Kecamatan Kampak, Gandusari,  dan Panggul. Akses transportasi antardesa-desa di tiga kecamatan tersebut menjadi terganggu pada Selasa.

"Anak-anak SD maupun SMP di daerah kami terpaksa libur karena tak bisa menuju sekolahnya yang berada di seberang sungai," kata warga Panggul, Mashuri, yang menerangkan bahwa jembatan di daerahnya ambles hingga kedalaman satu meter.

Banjir bandang di tiga kecamatan terjadi hampir bersamaan. Di Kecamatan Panggul, air dari Sungai Gedangan yang meluncur dari arah Kecamatan Suruh, Dongko, serta Pule mulai meluap Senin malam sekitar pukul 19.30 WIB.

Ketinggian dan debit air terus meningkat pesat hingga mencapai puncaknya pada pukul 22.00 WIB.

Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. Namun air bah dengan ketinggian sedada orang dewasa telah menggenangi ribuan rumah warga di tujuh desa.

Warga berhasil menyelamatkan diri ke dataran lebih tinggi yang aman, namun mereka tidak sempat menyelamatkan harta benda mereka.

"Banjirnya sangat cepat, kami tak sempat menyelamatkan harta-benda yang ada di rumah. Kami sepenuhnya hanya bisa pasrah," ujar pengusaha mebel ini yang mengaku kehilangan tujuh batang kayu jati senilai belasan juta rupiah.

Dampak banjir lebih parah dialami ratusan keluarga di sekitar bantaran Sungai Tawing yang membelah Kecamatan Kampak dan Gandusari. Di daerah ini, air mulai meluap sekitar pukul 20.00 WIB atau selang 30 menit setelah banjir Kecamatan Panggul.

Kabag Humas Pemkab Trenggalek Yoso Mihardi menegaskan bahwa banjir bandang kali ini tidak menelan korban jiwa maupun luka.

Banjir telah menggenangi sebagian besar pemukiman di tiga desa di Kecamatan Kampak dan empat desa di Kecamatan Gandusari dengan ketinggian air mencapai satu meter lebih.

"Informasinya, dua jembatan di Desa Kedungdowo, Kecamatan Kampak terputus serta satu jembatan lagi di Desa Jajar, Kecamatan Gandusari ambles di bagian sisi selatan sehingga tak bisa dilalui kendaraan," terang Yoso.

Akumulasi aliran air dari arah perbukitan yang ada di sekitar desa-desa di Kecamatan Munjungan, Kampak, serta Suruh menyebabkan salah satu sungai terbesar yang bermuara di Bendungan Niama, Tulungagung ini selalu meluap dan membanjiri pemukiman warga.

(ANT/S026)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2011