Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah sedang menyiapkan instruksi presiden (Inpres) yang khusus untuk menangani dampak iklim ekstrem yang berdampak terhadap produktivitas pangan dari para petani.

"Kita sedang menyiapkan Inpres khusus dalam menangani iklim ekstrem yang berdampak kepada petani," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa, saat membuka lokakarya tentang peningkatan produksi beras nasional (P2BN) di Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa malam.

Hatta mengingatkan, iklim ekstrim telah mengganggu ketahanan pangan secara global, seperti perkiraan produksi pangan serealia (termasuk beras) yang menurun pada tahun 2010, tetapi jumlah konsumsi pada waktu yang sama mengalami kenaikan.

Harga serealia dunia pada Desember 2010 rata-rata meningkat 28,1 persen dibanding Desember 2009 (y-o-y). Sedangkan harga beras global pada Desember 2010 naik sebesar 3,7 persen, lebih besar dibanding jagung yang naik sebesar 1,7 persen.

Untuk itu, Menko Perekonomian menghendaki agar target produksi minimal pada 2011 harus tercapai, yaitu sekitar 70 juta ton gabah.

"Pada 2010 kita mengimpor 1,5 juta ton, tahun ini (bila kita mengimpor lagi) belum tentu ada barangnya," katanya.

Selain itu, Hatta juga menginginkan agar distribusi dan harga beras dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, seperti jangan ada pengiriman raskin yang terlambat atau terhambat kepada warga yang berhak menerimanya.

Ia juga mengutarakan agar operasi pasar agar tetap terus dilakukan hingga terjadi stabilisasi harga.

Pemerintah, ujar dia, juga akan mendampingi warga agar dapat mendorong terwujudnya ketahanan pangan.

Sementara itu, Menteri Pertanian, Suswono, mengatakan, pihaknya akan serius mengatasi persoalan beras karena komoditas itu merupakan pangan yang strategis bagi Indonesia.

Mentan juga mengutarakan harapannya agar lokakarya yang digelar pada 11 - 13 Januari 2011 ini dapat antara lain mengevaluasi berbagai kinerja terkait beras pada 2010.(*)
(T.M040/R009 )

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2011